Loading

Ketik untuk mencari

Irak

Mengungkap Perangkap Baru yang Dipasang Barat untuk Irak

Mengungkap Perangkap Baru yang Dipasang Barat untuk Irak

POROS PERLAWANAN – Pada 28 Juni lalu, seorang warga Swedia asal Irak, Salwan Momika membakar Alquran di depan masjid utama Stockholm. Tindakan ini dilakukan atas izin dari Polisi Swedia.

Hanya selang beberapa pekan kemudian, Momika kembali melakukan penistaan serupa plus membakar bendera Irak di depan Kedubes Irak di Ibu Kota Swedia.

Dilansir Fars, pada saat itu banyak analis yang menyatakan bahwa persetujuan kepada seorang pemuda Arab untuk membakar Alquran di Swedia bukan suatu kebetulan. Al-Mayadeen dalam artikelnya menulis, ”Dalam rangka proyek Islamofobia yang digagas Barat, Momika adalah ‘orang yang tepat’ untuk mengirim pesan bahwa ‘bahkan orang-orang Arab pun sudah mulai lari dari komunitas Muslim mereka’.”

Mantan Dubes Irak di Uni Eropa, Jawad al-Handawi membahas masalah ini dalam artikelnya di Rai al-Youm. Ia menulis, ”Keliru jika kita berpikir bahwa dibakarnya Alquran dan bendera Irak, yang merupakan negara besar dengan sejarah, warisan, dan budaya… adalah kehendak pribadi orang seperti Salwan Momika; orang yang membakar kitab suci dan lambang nasional negara yang baru saja akan bangkit setelah mengalahkan terorisme dan berbagai tantangan, serta berusaha keluar dari banyak krisis”.

Ia mengatakan bahwa Irak jangan sampai terjebak dalam perangkap yang dibuat Barat, serta menambahkan bahwa tiap kejadian dan perkembangan di Irak serta Kawasan bukan sebuah kebetulan.

Al-Handawi lalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Siapa yang mendapat keuntungan dari penistaan terhadap hal-hal sakral dan norma-norma Arab-Islam? Siapa yang diuntungkan dari ditargetkannya simbol Irak, kedaulatan, dan persatuan nasionalnya? Siapa orang-orang yang menanti kesempatan untuk mencegah kemajuan Irak di jalur sulit ini dan mendapatkan solusi untuk krisis-krisisnya?

Ia lalu mengemukakan analisisnya kenapa dalam periode ini, Alquran dan Irak menjadi target penistaan. “Benar bahwa kita telah melewati Iduladha. Namun kita juga di ambang hari-hari dan peringatan-peringatan keagamaan suci lainnya. Kenapa Alquran dan Irak (menjadi target), itu pun di saat kita berada di ambang sebuah renaissance investasi, kelapangan diplomatik, dan ditekennya berbagai kesepakatan besar investasi yang mengembuskan harapan?” tulisnya.

Menurutnya, terseretnya Irak dalam perang versus Iran, lalu invasi ke Kuwait, dan setelah itu pendudukan atas Irak serta penjarahan kekayaan alamnya, merupakan mukadimah untuk memaksa Arab dan Timteng berhadapan dengan fenomena-fenomena negatif terorisme, Timteng Raya, normalisasi dengan Israel, blokade, dan pendudukan. Al-Handawi mengatakan bahwa Irak terlibat dalam semua fenomena ini.

Mantan diplomat Irak ini menyatakan bahwa ketika Perlawanan telah mengalahkan terorisme, musuh pun menggantikannya dengan senjata-senjata lunak berupa isu-isu HAM, kebebasan pendapat, dan demokrasi. Melalui isu-isu ini, musuh pun berusaha mengampanyekan LGBT dan penistaan terhadap Alquran.

“Pasukan Kejahatan dan Kehancuran ingin menyeret Irak lagi ke arah kekacauan demi meraih kepentingan dan tujuan politik mereka. Israel membawahkan Pasukan Setan ini. Kejahatan Momika jelas berkaitan dengan hilangnya Elizabeth Tsurkov (mata-mata Israel di Baghdad), di mana Israel menuntut agar Otoritas Irak bertanggung jawab atas keselamatan nyawanya.”

“Tanggapan kami kepada orang-orang yang berusaha memutus hubungan kami dengan Alquran adalah komitmen lebih kami kepada ayat-ayat Alquran, berpegang dengan ajaran-ajarannya, serta melakukan amar makruf nahi mungkar. Kemungkaran terburuk adalah kemunafikan, korupsi, mencuri dari Baitul Mal, mengkhianati Tanah Air, dan mengambil nyawa orang lain, kecuali atas dasar kebenaran,” tandas al-Handawi.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *