Loading

Ketik untuk mencari

Asia Barat

Normalisasi Total Hubungan UEA-Israel, Panen Pro-Kontra Dunia dan Kawasan

Normalisasi Total Hubungan UEA-Israel, Panen Pro-Kontra Dunia dan Kawasan

POROS PERLAWANAN – Dengan mediasi Donald Trump, Putra Mahkota UEA Muhammad bin Zayed dan PM Israel, Benyamin Netanyahu telah sepakat untuk menjalin kerja sama dan hubungan bilateral.

Dilansir Fars, kesepakatan ini menuai berbagai reaksi di level regional dan internasional.

Trump adalah orang yang pertama kali merespons kesepakatan ini. Dia menyebutnya sebagai “perdamaian bersejarah antara dua sahabat AS.” Dia juga berharap negara-negara Arab lain berbuat serupa.

Trump juga berkata, dia ingin agar namanya tercatat dalam kesepakatan ini. Namun media-media tidak mau menerimanya.

Dubes UEA untuk AS, Yousef Otaiba mendeskripsikan kesepakatan ini sebagai “kemenangan diplomasi”. Dubes Israel juga menyebutnya sebagai “hari bersejarah untuk perdamaian”.

Presiden Mesir, Abdel Fatah el-Sisi menyambut hangat kesepakatan ini. Dia mengaku telah mengikuti upaya AS, UEA, dan Israel untuk “mewujudkan perdamaian di Timteng” dengan antusias.

Kesepakatan Abu Dhabi-Tel Aviv, kata PM Inggris Boris Johnson, adalah “kabar yang sangat baik.” Dia mengaku, dirinya berharap kesepakatan ini bisa membendung rencana aneksasi.

Seorang petinggi Fatah, Abbas Zaki, menyatakan ”Kesepakatan antara Israel dan UEA melanggar kesepakatan Arab, juga merupakan pengkhianatan terhadap negara-negara Arab, sebelum menjadi pengkhianatan kepada Palestina”.

Ketua PNA, Mahmoud Abbas, menuntut diadakannya sidang darurat untuk membahas dampak-dampak dari kesepakatan tersebut. Kemenlu PNA dikabarkan telah memanggil pulang Dubes Palestina dari UEA.

Ketua Kantor Politik Hamas, Ismail Haniyeh menghubungi Abbas dan menyatakan apresiasi serta dukungannya terhadap sikap PNA yang mengutuk kesepakatan itu.

Wakil Sekjen Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina, Abu Ahmad Fuad mengatakan, ”Tak seorang pun berhak menjustifikasi kejahatannya dengan penderitaan rakyat Palestina, hanya demi menjaga takhtanya”.

Kemenlu Yaman mengecam kesepakatan itu dan menyebutnya sebagai tindakan yang melukai hati orang Arab dan Muslim. Yaman menyatakan, tindakan ini menjelaskan kondisi kebangkrutan Rezim UEA.

Politisi Arab sekaligus anggota Knesset (Parlemen Israel), Mtanes Shehadeh menyebut kesepakatan ini sebagai “tikaman dari belakang terhadap bangsa Arab”. Dia menyatakan, normalisasi ini bukan berita baru, karena sudah diprediksi sejak lama. Kesepakatan ini, kata Shehadeh, adalah buah dari kerja sama keamanan, intelijen, dan strategis UEA-Israel yang sudah berjalan bertahun-tahun.

Kemenlu Yordania hanya memberikan tanggapan dingin dan menyatakan, dampak kesepakatan ini “bergantung kepada tindakan-tindakan Israel di masa mendatang”.

Jubir Hamas, Fauzi Barhoum, menyebut kesepakatan ini sebagai “hadiah gratis” UEA kepada Rezim Zionis atas semua kejahatannya terhadap Palestina.

Ia menegaskan, kesepakatan ini memotivasi Zionis untuk melakukan kejahatan lebih banyak atas warga Palestina dan menodai kesucian Islam.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *