Loading

Ketik untuk mencari

Opini

[OPINI] Mencermati Diplomasi ‘Hati-hati’ dan ‘Setengah Hati’ Indonesia dalam Mendukung Palestina di Bawah Kepemimpinan Prabowo

[OPINI] Mencermati Diplomasi ‘Hati-hati’ dan ‘Setengah Hati’ Indonesia dalam Mendukung Palestina di Bawah Kepemimpinan Prabowo

POROS PERLAWANAN – Pidato perdana Presiden Prabowo Subianto usai pelantikan mengenai dukungan Indonesia terhadap Palestina pada 20 Oktober 2024 menegaskan komitmen negara ini terhadap prinsip anti penjajahan dan anti penindasan yang telah lama menjadi pilar politik luar negeri Indonesia. Dukungan ini tidak sekadar simbolis; tecermin dalam bantuan kemanusiaan, seperti pengiriman tim medis ke Gaza dan persiapan fasilitas kesehatan untuk korban perang. Namun, satu elemen krusial tampaknya hilang: tidak adanya kecaman langsung terhadap Israel terkait agresi di Gaza maupun Lebanon. Sikap ini kontras dengan negara-negara lain, seperti Malaysia, yang secara tegas mengecam tindakan Israel, termasuk pembunuhan tokoh-tokoh Perlawanan seperti Yahya Sinwar.

Antara Prinsip dan Geopolitik

Pendekatan hati-hati Indonesia dalam menangani isu Palestina dapat dipahami dalam konteks dinamika politik domestik dan internasional. Di satu sisi, Indonesia setia pada prinsip anti penjajahan dan mendukung kemerdekaan Palestina. Namun, kebijakan ini cenderung menghindari konfrontasi langsung dengan Israel, terutama dalam konteks hubungan dengan sekutu-sekutu Barat, termasuk Amerika Serikat.

Negara-negara seperti Turki, di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdoğan, telah mengambil sikap lebih agresif terhadap Israel. Meskipun Turki sering mengkritik tindakan Israel, hubungan diplomatik tetap dijaga, menunjukkan pragmatisme dalam politik luar negeri. Di sisi lain, Iran, meskipun terisolasi secara internasional, tetap konsisten dalam mendukung Kelompok Perlawanan seperti Hamas dan Hizbullah, memperkuat identitas nasional dan ideologinya. Dalam konteks ini, Indonesia menunjukkan perbedaan sikap yang signifikan; walau mendukung Palestina, langkah-langkah konkret dalam mengecam Israel belum sepenuhnya terwujud.

Tantangan Internal Politik Indonesia

Sikap moderat Indonesia terhadap Palestina tidak terlepas dari tantangan politik domestik. Dalam negeri, dukungan terhadap Palestina sering kali menjadi isu sensitif, melibatkan kelompok-kelompok Islam besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Tekanan dari kelompok ini mendorong Pemerintah untuk mengambil sikap yang lebih tegas, meski kadangkala terhambat oleh kepentingan politik dan ekonomi.

Politik antarpartai juga turut memengaruhi respons Indonesia terhadap Palestina. Beberapa partai berusaha menunjukkan kepedulian terhadap isu ini untuk menarik dukungan, tetapi retorika tersebut sering kali tidak diiringi dengan kebijakan yang lebih jelas dalam mengecam Israel. Tantangan bagi Pemerintah adalah menemukan keseimbangan antara memenuhi tuntutan publik dan menjaga kepentingan internasional.

Sikap Ormas Islam AHLULBAIT INDONESIA (ABI) yang mendukung Palestina dengan solusi referendum menambah keragaman pandangan di masyarakat. ABI berargumen bahwa rakyat Palestina berhak menentukan nasibnya sendiri, menunjukkan komitmen untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina tanpa berbenturan dengan posisi Pemerintah. Pendekatan AHLULBAIT INDONESIA ini jelas memperkaya diskursus publik mengenai solusi yang lebih efektif untuk konflik ini.

Posisi Strategis Indonesia di Organisasi Internasional

Di tingkat internasional, Indonesia memiliki peran penting dalam memperjuangkan isu Palestina. Sebagai anggota PBB, Indonesia konsisten mendukung resolusi yang menentang pendudukan Israel dan menyerukan penyelesaian konflik berdasarkan solusi dua negara. Namun, Indonesia cenderung menghindari bahasa yang terlalu keras dalam mengkritik Israel, lebih memilih diplomasi yang berorientasi pada resolusi damai.

Dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Indonesia juga berperan aktif mendorong anggotanya untuk mengambil sikap tegas terhadap Israel. Meskipun demikian, pendekatan Indonesia lebih mengedepankan diplomasi dan solusi damai daripada konfrontasi langsung. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berusaha mempertahankan posisinya sebagai negara yang menjunjung tinggi perdamaian sambil tetap mendukung hak-hak Palestina.

Isu Terkini dan Dampaknya terhadap Politik Indonesia

Isu terkini mengenai serangan Israel di Gaza dan ketegangan di Lebanon memberikan dampak signifikan terhadap politik Indonesia. Masyarakat yang mayoritas Muslim sangat sensitif terhadap berita tentang penindasan Palestina. Respons pemerintah yang dianggap kurang tegas dapat menimbulkan ketidakpuasan, terutama menjelang Pilkada serentak yang kian mendekat.

Sebagian partai politik, terutama yang berbasis Islam, mungkin akan meningkatkan retorika pro-Palestina mereka untuk menarik perhatian pemilih. Dalam konteks ini, penting bagi Pemerintah untuk responsif terhadap opini publik yang semakin kritis terhadap ketidakadilan yang dialami oleh rakyat Palestina.

Pembeda antara Indonesia dan Negara Lain

Banyak negara, terutama di dunia Islam, telah berani mengecam tindakan Israel, meski dalam pernyataan politik. Negara seperti Malaysia tidak ragu untuk mengutuk pembunuhan Yahya Sinwar, menunjukkan komitmen yang lebih tegas terhadap Palestina. Di sisi lain, dukungan Indonesia terhadap Palestina lebih terikat pada prinsip dan sejarah perjuangan bangsa, tetapi dapat terlihat kabur ketika tidak disertai kecaman eksplisit terhadap Israel.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa sementara dukungan Indonesia terhadap Palestina tecermin dalam bantuan kemanusiaan dan pernyataan politik, ketidakhadiran kritik yang lebih kuat terhadap tindakan Israel dapat diartikan sebagai bentuk kepasifan. Dalam menghadapi agresi Israel yang terus berlanjut, dunia Muslim menantikan pernyataan yang lebih tegas dari Indonesia, yang selama ini dianggap sebagai pemimpin moral dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina. [PP/MT]

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *