Loading

Ketik untuk mencari

Oseania & Asia

Paham Gelagat Konspirasi Inggris, Mahathir Mohammad Tak Terima Malaysia Bernasib Sama dengan Palestina

Paham Gelagat Konspirasi Inggris, Mahathir Mohammad Tak Terima Malaysia Bernasib Sama dengan Palestina

POROS PERLAWANAN – Mahathir Mohammad yang merupakan perdana menteri terlama dalam sejarah Malaysia, melakukan wawancara dengan stasiun televisi al-Jazeera.

Dalam program “Syahid ‘ala al-Ashr” tersebut, Mahathir membeberkan bagaimana kekagumannya terhadap Inggris berubah menjadi kebencian dan amarah.

Menurut Mahathir, saat masih duduk di bangku sekolah, ia sangat mendukung Inggris seperti halnya mayoritas penduduk Malaysia. Alasannya, penduduk Malaysia memandang penjajah Inggris sangat berbeda dengan pemerintah tiran di negara mereka, yang menguasai semua kekayaan negara.

“Saya bersekolah di sekolah Inggris lantaran menyaksikan keteraturan dan kedisiplinan orang-orang Inggris. Saya mempelajari sejarah dan budaya Inggris. Saya pikir, mereka adalah bangsa yang tak terkalahkan,” tutur Mahathir, seperti dilansir al-Alam.

Namun, kata Mahathir, ketika Jepang mengalahkan Inggris dan memaksa mereka angkat kaki dari Malaysia, pendapat dirinya tentang Inggris pun buyar.

“Di masa itu, saya menyimpulkan bahwa Inggris pun bisa saja dikalahkan oleh bangsa dan tentara Asia. Saya juga menyadari bahwa orang Jepang lebih berdisiplin dan memiliki perencanaan lebih baik dibanding orang Inggris,” lanjutnya.

Al-Jazeera dalam reportasenya menyatakan, bukan faktor ini saja yang mengubah citra Inggris di benak Mahathir muda pada dekade 40-an. Orang-orang Melayu merasa bahwa Inggris merendahkan mereka. Mereka dipandang sebagai orang-orang pemalas yang tak bisa dipercaya.

Selain itu, Inggris juga menyemangati orang China dan India untuk datang ke Malaysia dan menetap di sana.

Inggris juga memberikan gaji mengajar dan bekerja kepada mereka, jauh lebih besar daripada gaji yang diberikan kepada penduduk pribumi Malaysia, yaitu bangsa Melayu.

“Orang-orang Melayu membongkar konspirasi Inggris, yaitu saat mereka melihat dukungan Inggris terhadap Asosiasi Melayu. Asosiasi ini berusaha memisahkan orang-orang Melayu dan membuka jalan bagi minoritas China dan India, sehingga Inggris bisa menjadikan Malaysia seperti “Kota Internasional” yang tunduk kepada pemerintahan Inggris.

“Ini sama persis dengan yang dilakukan Inggris terhadap Palestina, yaitu saat mereka mendorong orang Yahudi dari semua penjuru dunia untuk datang ke Palestina. Inggris menyokong orang-orang Yahudi untuk menguasai semua aspek kehidupan dan merampasnya dari tangan penduduk lokal Palestina,” kata Mahathir.

“Untunglah para elite Melayu menyadari konspirasi Inggris dan menentang Asosiasi Melayu. Itu merupakan awal kemunculan UMNO (Organisasi Nasional Melayu Bersatu). Organisasi inilah yang mengantarkan Malaysia kepada kemerdekaan, kemudian memaksa Inggris angkat kaki dan mengakhiri penjajahan mereka pada tahun 1975,” pungkas Mahathir.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *