Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Palestina Ciptakan Kehidupan dari Tanah Mati

Palestina Ciptakan Kehidupan dari Tanah Mati

POROS PERLAWANAN – Dalam beberapa hari terakhir, film “Amira” buatan Mesir telah memicu kontroversi. Dilansir al-Alam, film ini mengisahkan penyelundupan sperma seorang tahanan Palestina untuk ditanam di rahim istrinya. Namun setelah melahirkan, wanita itu baru tahu bahwa sperma itu adalah milik seorang perwira Israel.

Sebelum segala sesuatu, yang pertama kali mesti disinggung adalah keluguan dan ketidaktahuan sutradara serta para aktor film ini. Film ini tidak realistis. Mereka tidak tahu bahwa sebelum ditanam di rahim istri tawanan, sperma itu harus melalui berbagai tahap rumit.

Di antaranya adalah pelaku penyelundup sperma ini harus mengucapkan sumpah di hadapan orang-orang tepercaya bahwa sperma itu adalah miliknya.

Tes-tes medis juga lebih rumit dari itu. Selain itu, salah satu dari orangtua tahanan atau saudaranya harus menyerahkan sperma ini secara langsung kepada si istri, bukan sembarang orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan tahanan atau istrinya.

Secara keseluruhan, film ini berusaha mempertanyakan tindakan semacam ini. Padahal, yang paling diuntungkan dari dipertanyakannya penyelundupan sperma ini adalah Rezim Zionis.

Oleh karena itu, mesti dilihat siapa sebenarnya orang-orang yang berada di balik pembuatan film “Amira”.

Setelah serangkaian riset, diketahui bahwa orang-orang di balik produksi film ini bukanlah orang Arab. Mereka adalah sejumlah orang asing yang pasti berkaitan dengan Rezim Zionis. Apalagi film ini dicalonkan untuk meraih Piala Oscar.

Dari sini, bisa dipahami bahwa tujuan produksi film ini adalah mempertanyakan penyelundupan sperma, sebab ajang Oscar bukan sebuah penghargaan netral. Ajang ini hanya mengambil film-film yang sesuai dan memenuhi kepentingan para pemberi penghargaan.

Fenomena penyelundupan sperma, yang diperangi habis-habisan oleh Israel, pada dasarnya berhubungan dengan para tahanan Palestina, yang sebagian dari mereka telah dipenjara hingga seperempat abad. Mereka berusaha menciptakan tanda dari diri mereka di luar penjara, bahkan mesti tanda itu adalah seorang anak yang mirip mereka.

Tahanan bernama Ammar al-Zain adalah orang pertama yang melakukannya. Hasilnya adalah seorang anak yang kini berusia 9 tahun. Setelah dia, sejumlah tahanan lain melakukan hal serupa. Kini ada puluhan anak Palestina yang telah mendapatkan kehidupan dari ayah-ayah mereka yang dipenjara.

Para produsen dan penggagas film “Amira” secara bodoh telah mempertanyakan salah satu dari fenomena tersuci dunia manusia. Satu hal yang tidak mereka ketahui adalah bahwa Poros Perlawanan Palestina telah menanyakan hukum penyelundupan sperma ini kepada para ulama, pemikir, dan mufti. Setelah melakukan kajian berbulan-bulan, para ulama ini pun membolehkan penyelundupan sperma para tahanan untuk istri-istri mereka.

Para pembuat film ini tidak mengenal Palestina dan rakyatnya. Sebab itu, mereka tidak tahu bahwa bangsa Palestina menciptakan kehidupan dari kematian, membuat kalung dari peluru untuk para istri, menjadikan bom gas sebagai kanvas seni, dan menjadikan medan tempur sebagai panggung tarian.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *