Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Pelapor Khusus PBB Sebut Agresi Israel atas Gaza ‘Ilegal’ dan ‘Tak Bermoral’

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, pelapor khusus PBB di wilayah Palestina yang diduduki, Francesca Albanese mengutuk aksi pemboman Israel atas Jalur Gaza, menyebutnya sebagai “tindakan agresi yang mencolok”.

“Karena hukum internasional hanya mengizinkan penggunaan kekuatan untuk membela diri, Operasi Breaking Dawn adalah tindakan agresi yang mencolok. Ilegal. Imoril. Tidak bertanggung jawab,” cuit Francesca Albanese pada Sabtu.

Sejak Jumat sore, pendudukan Israel telah meluncurkan serangkaian serangan udara dan tembakan artileri atas Gaza dalam agresi yang menewaskan, sejauh ini, sedikitnya 31 warga Palestina, termasuk enam anak-anak dan dua komandan Jihad Islam. Setidaknya 253 warga sipil juga terluka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Israel mengumumkan pada Sabtu bahwa mereka telah memulai operasi militer baru terhadap Jihad Islam Palestina di Gaza; operasi itu dijuluki “Breaking Dawn”.

Serangan Israel menargetkan beberapa area berbeda: Khan Yunis dan Rafah di selatan jalur Gaza, lingkungan al-Shuja’iya dan kamp Jabalia di utara, dan sebuah bangunan tempat tinggal di Gaza tengah.

Agresi itu terjadi setelah berhari-hari ketegangan dengan gerakan Jihad Islam setelah seorang pemimpin senior kelompok itu, Bassam al-Saadi, ditangkap dan diserang secara brutal Senin lalu oleh pasukan Israel dalam serangan militer di kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki. Menantu Saadi, Ashraf al-Jada, juga ditangkap dalam serangan itu; Istri Saadi menderita luka-luka selama penangkapan dan dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Selama serangan yang sama, pasukan Israel juga menembak dan membunuh Dirar al-Kafrayni, pemuda Palestina berusia 17 tahun.

Serangan itu terjadi setelah beberapa hari penutupan perbatasan, termasuk penutupan perlintasan komersial Karam Abu Salem, aliran bahan bakar utama yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik satu-satunya di Gaza.

Awal pekan ini, pendudukan Israel menutup jalan-jalan di sekitar Gaza dan mengirim bala bantuan ke perbatasan saat bersiap untuk balasan setelah penangkapan al-Saadi.

Seorang pejabat Jihad Islam di Gaza, Ahmed Mudalal mengatakan bahwa kelompoknya telah menuntut pendudukan Israel melalui mediator Mesir, termasuk pembebasan al-Saadi dan tahanan lain yang telah melakukan mogok makan terbuka selama lebih dari 155 hari sebagai protes terhadap penahanan administratifnya, penghentian serangan Tepi Barat, dan pencabutan blokade Gaza. Dia mengatakan bahwa mereka belum menerima tanggapan.

Menanggapi serangan agresif, Jihad Islam mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Musuh telah memulai perang yang menargetkan rakyat kita, dan kita semua memiliki tugas untuk membela diri kita sendiri dan rakyat kita, dan tidak membiarkan musuh lolos dari tindakannya yang bertujuan untuk meruntuhkan perlawanan dan ketabahan nasional.”

Petinggi Jihad Islam, Ziad al-Nakhalah mengatakan bahwa tidak ada batasan dalam putaran pertempuran ini dan Tel Aviv akan menjadi sasaran.

“Tidak ada garis merah dalam pertempuran ini dan Tel Aviv akan jatuh di bawah roket perlawanan, serta semua kota Israel,” katanya.

Jubir Hamas, Fawzi Barhoum mengatakan bahwa faksi-faksi Perlawanan di Gaza bersatu dan siap untuk menanggapi dengan “kekuatan penuh”.

Menanggapi serangan udara Israel, faksi Perlawanan Palestina telah menembakkan roket-roket dari Gaza ke Israel dan permukiman ilegal.

Militer Israel memperingatkan pada Sabtu bahwa serangan udara mematikan di Gaza bisa berlangsung hingga seminggu, AFP melaporkan.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa pasukannya “mempersiapkan operasi untuk berlangsung seminggu”, dan mengatakan kepada AFP bahwa pasukannya “saat ini tidak mengadakan negosiasi gencatan senjata”.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *