Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Perseteruan para Pimpinan Tel Aviv Kian Meruncing, Kabinet Perang Israel Terancam Bubar

Perseteruan para Pimpinan Tel Aviv Kian Meruncing, Kabinet Perang Israel Terancam Bubar

POROS PERLAWANAN– Di saat perang Gaza tidak bisa membuat akur para pimpinan politik, militer, dan keamanan Rezim Zionis, sebuah harian Ibrani membeberkan celah yang dalam di Kabinet Perang Israel dan meruncingnya perseteruan di tengah mereka.

Diberitakan Tasnim, Haaretz dalam laporannya menyatakan, ada 3 faktor utama yang menjadi barometer kesuksesan operasi militer yang dilancarkan Israel saat ini di Gaza. Tiga faktor itu adalah pembebasan para tawanan Israel di tangah Perlawanan Palestina, penghancuran jaringan terowongan Hamas, serta teror terhadap para pimpinan dan komandan senior Hamas.

Amos Harel dalam laporannya menegaskan adanya perselisihan tajam di Kabinet Perang Israel terkait pertukaran tawanan dengan Hamas. PM Benyamin Netanyahu khawatir bahwa para legislator ekstremis di Kabinetnya menentang pertukaran ini. Di lain pihak, Netanyahu juga mencemaskan keluarnya Benny Gantz dari Kabinet Perang dan bubarnya Kabinet ini. Hal ini meningkatkan potensi munculnya gesekan antara Netanyahu dengan Presiden AS Joe Biden.

Menurut Harel, saat ini tantangan terpenting Israel adalah masalah para tawanan. Namun ada banyak perbedaan pendapat di tengah anggota Kabinet Perang. Gantz dan Gadi Eizenkot sebagai anggota Fraksi Tenda Utama berpendapat, Israel harus menggunakan kesempata ini untuk segera menyelamatkan para tawanan. Sebab jika tidak, mereka akan terancam bahaya. Di sisi lain, Menteri Perang Yoav Gallant dan sejumlah petinggi Shin Bet menyatakan, saat ini gencatan senjata dilarang dan tekanan terhadap Hamas harus ditingkatkan.

Laporan ini menyebutkan, kedua belah pihak tahu bahwa Hamas berusaha semaksimal mungkin untuk mengulur waktu. Mereka menilai, Yahya al-Sinwar telah memperhitungkan gencatan senjata komprehensif di perang Gaza dan yakin bisa ‘membeli waktu.’

Di sisi lain, Netanyahu masih belum bisa mengambil sikap tegas terkait perbedaan pendapat antara dua kubu ini. Sebab dia masih mempertimbangkan karir politiknya dan khawatir dirinya akan mendapatkan tekanan dari Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich (dua Menteri radikal dalam Kabinet Israel).

Harel menyatakan, setelah berlalunya satu setengah bulan sejak awal perang, AS masih menolak gencatan senjata karena berharap Israel bisa mendapatkan sebuah capaian. Ia berpendapat, Militer Israel harus mewaspadai hal-hal tak terduga yang bisa mengacaukan rencana mereka, terutama yang berkaitan dengan pembunuhan warga sipil Gaza. Di lain pihak, dengan adanya tekanan politik di dalam AS terhadap Biden, Harel berpendapat bahwa Israel jangan terlalu berharap kepada Biden.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *