Loading

Ketik untuk mencari

Iran

Putri Sekjen Hizbullah Kenang Kedermawanan dan Besarnya Kasih Sayang Syahid Soleimani kepada para Yatim dan Keluarga Syuhada

Putri Sekjen Hizbullah Kenang Kedermawanan dan Besarnya Kasih Sayang Syahid Soleimani kepada para Yatim dan Keluarga Syuhada

POROS PERLAWANAN – Menjelang peringatan tahun ke-2 gugurnya Syahid Qassem Soleimani, situs Lebanon, al-Ahed memuat kenangan Batul Musawi, putri Sekjen Hizbullah terdahulu, Sayyid Abbas Musawi. Menurutnya, Syahid Soleimani adalah panglima medan tempur serta penyayang anak yatim dan keluarga syuhada.

“Saya mendengar ibu Hajj Qassem meninggal. Saya kecewa, karena berpikir ia sedang sedih sehingga tidak bisa menemui kami.”

“Hari itu, seorang teman membawa saya dan bibi saya ke sebuah kantor dan berkata di sana ada Hajj Qassem. Saya seolah menjadi pemilik semesta (saking gembiranya).”

“Hajj Qassem sendiri yang menyambut kami. Awalnya, saya merasa takut, namun saya segera merasa tenang. Ia penyayang seperti seorang ayah. Saya seperti sudah mengenalnya sejak lama… Pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya menunjukkan dia sangat memedulikan keluarga syuhada.”

“Hajj Qassem memiliki sebuah tasbih. Saya memberitahunya pernah diberi tasbih oleh Ayatullah Khamenei, namun sudah hilang. Ia langsung memberikan tasbih itu dan berkata, ’Tasbih ini sangat bernilai bagi saya, yang pernah dimiliki seorang arif. Saya sering kehilangan tasbih ini, tapi selalu menemukannya kembali. Saya akan memberikannya kepadamu, dengan syarat kau membaca seribu shalawat tiap hari dengan tasbih ini. Saat aku syahid, tasbih ini harus dikubur bersamaku.’”

Batul bercerita, ia kehilangan tasbih tersebut saat menziarahi makam Imam Ridha a.s di Mashad. Ia merasa tidak enak karena tidak bisa mengembalikan tasbih tersebut. Meski begitu, saat memberitahukan kejadian itu kepada Syahid Soleimani, ia tidak bereaksi dan menghadiahkan tasbih lain yang dipegangnya.

Putri Sayyid Musawi ini mengatakan, ”Dalam pertemuan terakhir, suasana sangat tenang. Hanya ada saya, saudara-saudara saya, dan para pasangan kami. Ketenangan Hajj Qassem sangat mencolok seperti biasa. Dia seolah bisa mengetahui kondisi kami dari jauh.”

“Suatu hari, saya sedang merasa gundah. Tiba-tiba telepon berdering. Hajj Qassem yang menelepon dari medan perang untuk menanyakan kabar kami. Dia bertanya, ’Apa kabar, Nak?’ Mulanya, saya tidak mengenal suaranya. Saya berkata, ’Suara Anda familiar, tapi saya tidak kenal.’ Dia berkata, ’Ini orang yang kehilangan tasbihnya di Mashad’, kemudian tertawa. Hajj Qassem kembali menanyakan kabar saya dan seolah tahu bagaimana keadaan saya saat itu.”

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *