Loading

Ketik untuk mencari

Lebanon

Sayyid Nasrallah: Biden Hanya Buru Migas, Bukan Perang

Sayyid Nasrallah: Biden Hanya Buru Migas, Bukan Perang

POROS PERLAWANAN – Dalam wawancara dengan al-Mayadeen berkenaan dengan peringatan ultah ke-40 Hizbullah, Sayyid Hasan Nasrallah mengatakan, ”Prevensi Hizbullah dimulai sejak tahun 1985. Di masa itu Musuh Zionis dengan sangat cepat terpaksa hengkang dari kawasan-kawasan yang didudukinya.”

Dilansir Fars, Sekjen Hizbullah menambahkan bahwa Israel menggunakan garis perbatasan sebagai sabuk keamanan untuk mencegah masuknya pasukan Perlawanan ke Palestina.

“Prevensi di masa itu adalah capaian semua faksi Perlawanan yang melakukan operasi berani syahid, bukan hanya milik Hizbullah semata. Tahap kedua prevensi dimulai di desa-desa garis depan dengan aksi-aksi Hizbullah hingga tahun 1993,” tutur Sayyid Nasrallah.

“Setelah Perang 33 Hari, Israel sadar bahwa konfrontasi dengan Perlawanan adalah berbahaya. Israel tahu bahwa setiap agresi ke Lebanon akan dibalas. Di masa itu, kita butuh mencegah pembombardiran kawasan-kawasan Lebanon oleh pihak Zionis.”

“Kesepakatan April 1996 adalah fondasi kemenangan di tahun 2000. Dari situ penyerangan terhadap kota juga dibalas dengan serangan ke kota-kota (Israel). Setelah perang 2006, musuh sadar bahwa berhadapan dengan Perlawanan itu membahayakan. Kekuatan Perlawanan sudah melebihi batas konfrontasi di perbatasan. Musuh tahu benar bahwa setiap serangan akan dibalas serupa… Sebab itu, Israel berusaha tidak meninggalkan sidik jari dalam setiap tindakannya dan tidak punya nyali untuk menyerang Lebanon.”

Sehubungan dengan masalah ladang gas Karish, Sayyid Nasrallah menjelaskan, ”Kita bisa melakukan prevensi. Jika diperlukan, kita akan membalas, bahkan jika berujung kepada perang. Namun dengan melihat kebutuhan Eropa kepada pengganti minyak dan gas Rusia, Lebanon berada di hadapan sebuah peluang bersejarah. Biden datang ke Kawasan demi migas. Minyak tambahan Saudi dan UEA tidak bisa mencukupi kebutuhan Eropa. Perang Ukraina-Rusia membuat mereka mencari alternatif untuk migas Rusia.”

“Biden tidak menghendaki perang di Kawasan. Ini adalah kesempatan emas bersejarah bagi kita untuk melakukan tekanan demi mendapatkan minyak kita. Perihal NATO Timteng, mesti saya katakan bahwa banyak pihak yang memimpikannya. Namun Biden datang ke Kawasan hanya demi minyak. Prioritas Biden dan AS adalah menghadapi Rusia di Ukraina. Sebab itu, mereka menentang perang (di Timteng). Bahasa Biden di hadapan Iran bukan bahasa agresif. Mereka tidak menginginkan perang yang memicu ledakan di Kawasan,” tandasnya

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *