Loading

Ketik untuk mencari

Lebanon

Sekjen Hizbullah: Sanksi adalah Senjata Terakhir AS, Bukti Kemenangan Poros Perlawanan di Medan Perang

Sekjen Hizbullah: Sanksi adalah Senjata Terakhir AS, Bukti Kemenangan Poros Perlawanan di Medan Perang

POROS PERLAWANAN – Sekjen Hizbullah, Sayyid Hasan Nasrullah dalam pidato terbarunya, Selasa 16 Juni, membahas sejumlah perkembangan domestik dan regional yang terjadi akhir-akhir ini.

Ia membantah rumor soal pengunduran diri Pemerintah Lebanon. Sayyid Nasrullah menyatakan, Hizbullah tidak pernah memikirkan hal itu, juga tidak pernah mendengar apa pun soal isu pengunduran diri Pemerintah.

Sayid Nasrullah menyebut klaim sebagian orang bahwa dua kelompok Syiah, yaitu Hizbullah dan Amal, berniat menggulingkan Pemerintah Lebanon. Padahal, kata beliau, dahulu orang-orang ini menuding bahwa Pemerintah Lebanon sekarang adalah Pemerintah Hizbullah.

“Kemaslahatan bagi Lebanon adalah berlanjutnya Kabinet sekarang (dengan Hassan Diab sebagai PM), sehingga Pemerintah bisa berupaya mewujudkan perubahan positif. Saat ini, kondisi tidak memungkinkan untuk adanya perubahan dalam pemerintahan,” kata Sekjen Hizbullah.

Tuntutan sejumlah pendemo untuk melucuti persenjataan Hizbullah disebut Sayyid Nasrullah sebagai tuntutan keliru. Menurutnya, banyak orang dari mereka yang turun ke jalanan pada 6 Juni lalu sebenarnya tidak menentang Kelompok Poros Perlawanan dan senjatanya.

Sayyid Nasrullah mengatakan, hendaknya pihak-pihak yang tidak suka dengan persenjataan Hizbullah, menyatakan sikap mereka secara terbuka, dan meminta agar mereka tidak menyelipkan isu persenjataan Hizbullah dalam tuntutan-tuntutan legal rakyat Lebanon.

Saat menyoroti slogan-slogan sektarian dan penghinaan terhadap sejumlah tokoh agama saat demo berlangsung, Sayyid Nasrullah menyatakan provokasi sektarian demi memicu perselisihan antarmazhab jauh lebih berbahaya dari perusakan fasilitas publik.

Sayid Nasrullah menepis isu bahwa dolar langka di Lebanon karena telah dikirim ke Iran dan Suriah. Beliau menunjuk sebuah bank Lebanon yang telah menyebabkan tingginya nilai dolar. Bank ini, yang didukung sejumlah politisi Lebanon, sejak Agustus lalu telah mengumpulkan puluhan juta dolar dan mengirimnya ke luar negeri.

“Uang-uang ini tidak dikirim ke Iran, Suriah, atau negara lain,” tandasnya.

“Jika ada pihak-pihak yang menghendaki Hizbullah meletakkan senjata untuk ditukar dengan roti, kami memiliki perhitungan tersendiri, yang saat ini tidak ingin kami ungkapkan. Jika AS melanjutkan upayanya untuk membuat rakyat Lebanon kelaparan, kami akan menjalankan perhitungan tersebut.”

“Kepada mereka yang memberi kami pilihan antara mati dengan senjata atau mati kelaparan, saya katakan: kami akan tetap memegang senjata dan tidak akan mati kelaparan. Kami akan menghancurkan kalian!” tandas Sayid Nasrullah.

Terkait Hukum Caesar yang diberlakukan AS atas Suriah mulai Rabu 17 Juni ini, Sekjen Hizbullah menyatakan, pemberlakuan hukum ini oleh Washington adalah bukti kemenangan Suriah di medan perang. Sanksi-sanksi ini, kata Sayid Nasrullah, adalah senjata terakhir AS.

“Para sekutu Suriah telah mendampinginya (selama perang) dan tidak pernah meninggalkannya. Mereka juga tak akan membiarkan Suriah sendirian dalam perang ekonomi melawan AS,” pungkasnya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *