Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Siapa Pemenang dan Pecundang Terbesar Rekonsiliasi Iran-Saudi?

Siapa Pemenang dan Pecundang Terbesar Rekonsiliasi Iran-Saudi?

POROS PERLAWANAN – Jumat 10 Maret 2023 tercatat dalam sejarah Timteng sebagai tahap penting dan menentukan untuk berakhirnya kebuntuan hubungan Iran-Saudi selama 7 tahun.

Dilansir al-Alam, perluasan hubungan dua kekuatan regional ini akan menguatkan stabilitas dan keamanan Kawasan, juga meningkatkan kerja sama negara-negara Teluk Persia dan Dunia Islam untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Pada akhirnya, ini akan meningkatkan perdamaian, stabilitas, dan kerja sama internasional.

Kabar kesepakatan Teheran-Riyadh di Beijing untuk memulai kembali hubungan diplomatik, membuka Kedubes, dan perwakilan diplomatik 2 negara selambat-lambatnya 2 bulan mendatang disambut baik negara-negara Kawasan, termasuk Irak dan Oman; dua negara yang juga berperan penting dalam menjadi tuan rumah 5 putaran dialog pembukaan Iran-Saudi sebelum ini.

Jelas bahwa pecundang terbesar dari pulihnya hubungan kedua negara ini adalah Rezim Zionis, yang berusaha memobilisasi negara-negara Kawasan untuk memusuhi Iran.

Kemarahan Israel terungkap jelas dalam ucapan mantan PM Yair Lapid. Dia berkata: ”Kesepakatan Saudi-Iran adalah kegagalan total dan berbahaya kebijakan luar negeri Kabinet Netanyahu. Ini adalah runtuhnya tembok pertahanan regional yang kita bangun untuk menghadapi Iran.”

Sebelum ini, pusat-pusat studi Zionis telah memperingatkan kedekatan Iran-Saudi. Mereka menegaskan bahwa ini adalah sebuah kekalahan mencolok dalam front anti-Iran yang berusaha dibangun Tel Aviv, juga merupakan faktor utama lenyapnya front penentang kembalinya AS ke JCPOA.

Kedekatan Iran-Saudi juga merugikan proyek AS-Israel yang bertujuan mencegah terciptanya hubungan konstruktif antara dua kekuatan regional ini dalam hal politik, ekonomi, dan militer. Sebab, Israel menganggap dirinya adalah bagian tak terpisahkan dari keamanan nasional AS, sehingga kedekatan Iran-Saudi menciutkan nyali Rezim Zionis.

Kebijakan AS dan Israel berlandaskan pada prinsip “devide et impera”. Tel Aviv berpikir bahwa normalisasi dengan negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) akan menciptakan permusuhan antara pelaku normalisasi dan Iran, serta mengisolasi Teheran dari sekitarnya.

Namun tujuan ini gagal total. Iran tidak terjebak dalam perangkap ini. Justru sebaliknya, Iran memperkuat tindakan regionalnya, meningkatkan kebijakan akur dengan tetangga, dan memandangnya sebagai faktor penting untuk mendekatkan pandangan serta mencegah kesalahpahaman.

Kini Tel Aviv memandang rekonsiliasi Iran-Saudi sebagai perkembangan berbahaya bagi Israel dan sebuah kemenangan politik bagi Iran.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *