Loading

Ketik untuk mencari

Eropa

Warisan Berdarah Ratu Inggris untuk Dunia

POROS PERLAWANAN – Ratu Inggris, Elizabeth Alexandra Mary meninggal dunia pada Kamis 8 September kemarin. Elizabeth II menjadi Ratu Inggris dan 14 negara koloni lain selama 69 tahun. Dalam rentang waktu ini, ia telah meninggalkan sejumlah warisan berdarah dalam sejarah.

Kudeta 19 Agustus 1953 di Iran: Di Inggris ada klaim bahwa Kerajaan adalah lembaga formalitas. Raja dan Ratu disebut tidak campur tangan dalam urusan politik. Namun dua bulan setelah Elizabeth dinobatkan sebagai Ratu, sebuah kudeta yang dipimpin Fazlollah Zahedi menggulingkan Pemerintahan Mohammad Mosaddegh, seorang tokoh antiimperialisme. Bukti-bukti sejarah menunjukkan peran langsung agen rahasia Inggris dalam kudeta tersebut.

Krisis Suez: Setelah Gamal Abdunnaser berkuasa di Mesir, ia membubarkan sistem monarki dan menasionalisasikan Terusan Suez.

Pada 1956, Inggris atas izin Elizabeth II bersama Prancis dan Israel terlibat perang dengan Mesir. Terusan Suez ditutup selama beberapa bulan akibat perang ini. Sebanyak 2 ribu serdadu Mesir juga tewas dalam perang tersebut.

Pendudukan selatan Yaman: Britania pada 2 abad lalu menduduki kawasan selatan Yaman. Pada 1963, Front Nasional Yaman memulai kebangkitan untuk melawan penjajahan Inggris yang berlangsung selama 6 tahun. Akhirnya Pemerintahan imperialis Inggris pun angkat kaki dari selatan Yaman.

Dokumen-dokumen sejarah menunjukkan bahwa dalam rentang waktu ini, Tentara Inggris melakukan penyiksaan mengerikan terhadap para tawanan Yaman.

Penembakan pesawat penumpang Iran: Setelah berlalunya 34 tahun dari penembakan pesawat Iran Air 655 oleh kapal perang AS dan tewasnya seluruh penumpang pesawat tersebut, masih ada banyak fakta yang terungkap dari kejahatan itu. Berdasarkan berkas-berkas yang baru-baru ini dikeluarkan dari status rahasia London, Pemerintahan PM Margaret Thatcher langsung mendukung kejahatan tersebut dan juga bekerja sama untuk menutup-nutupinya.

Krisis Suriah: Sejak dimulainya kerusuhan di Suriah pada 2011, Barat, terutama AS, Prancis, dan Inggris, bersama para sekutu Arabnya mendukung terorisme di Suriah dan berusaha menggulingkan Bashar Assad.

Mantan Dubes Inggris untuk Suriah, Peter Ford (2003-2006), dalam wawancara dengan BBC pada 2017 mengkritik kebijakan negaranya di Suriah dan menyebutnya keliru. Ia berkata, Inggris dengan bantuannya untuk pemberontak Suriah telah memilih jalan yang pasti berujung kepada kekalahan.

Krisis Yaman: Sejak dimulainya agresi Koalisi Saudi ke Yaman pada 2015, London selalu memberikan dukungan persenjataan, logistik, dan intelijen kepada pihak agresor. Sebab itu, PBB menyebut Inggris, AS, dan Prancis ikut bertanggung jawab dalam kejahatan perang di Yaman.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *