Loading

Ketik untuk mencari

Afrika

Aljazair: Target Sebenarnya Lawatan Menteri Perang Israel ke Maroko adalah Kami

Aljazair: Target Sebenarnya Lawatan Menteri Perang Israel ke Maroko adalah Kami

POROS PERLAWANAN – Ketua Parlemen Aljazair, Salah Goudjil mengecam keras kunjungan Menteri Perang Israel, Benny Gantz ke Maroko.

Goudjil berpendapat bahwa tujuan Gantz dari lawatan ini adalah menargetkan Aljazair, dikutip Fars dari al-Khaleej al-Jadeed.

Berlawanan dengan Maroko yang menormalisasi hubungan dengan Israel, Aljazair berkali-kali menyuarakan dukungan untuk Palestina dan menegaskan bahwa penjajahan Rezim Zionis harus diakhiri.

“Musuh terus bersiap dari hari ke hari untuk menciptakan penghalang bagi Aljazair. Hari ini semuanya sudah jelas. Terutama setelah lawatan Menteri Perang Israel ke salah satu negara tetangga, menyusul kunjungan Menlu Israel sebelum ini,” kata Goudjil.

Ia mengkritik Pemerintah Maroko yang tidak bereaksi ketika Menlu Israel melontarkan ancaman kepada Aljazair. Goudjil berkata, ”Jika lawatan ini dilakukan oleh Menteri Pariwisata atau Ekonomi Israel, kami bisa memandangnya hanya sebagai bagian dari hubungan yang sudah ada antara negara ini (Maroko) dengan Rezim Zionis.”

Ketika yang berkunjung adalah Menteri Perang Israel, kata Goudjil, sudah jelas bahwa tujuannya adalah menargetkan Aljazair.

Terkait dengan Sahara Barat, Goudjil mengatakan, ”Sikap kami dalam hal ini tidak berubah, sebab ini berhubungan dengan penentuan nasib bangsa (sebuah negara). Aljazair selalu mendukung bangsa menentukan nasib mereka sendiri. Rakyat Sahara Barat yang mesti mengatur nasib mereka.”

“Kami telah melewatkan tahun-tahun penjajahan, yang di saat itu Aljazair disebut sebagai bagian dari Prancis. Sekarang kita mendengar bahwa Sahara Barat adalah bagian dari Maroko… Berdasarkan kesaksian lembaga-lembaga internasional, terutama PBB, Sahara Barat bukan milik Maroko,” pungkasnya.

Sahara Barat dipersengketakan oleh Maroko dan Front Polisario. Polisario dibentuk pada tahun 1973 sebagai sebuah kelompok perlawanan terhadap Penjajah Spanyol di Sahara Barat. Setelah Spanyol hengkang di tahun 1976, Polisario mendirikan Republik Demokratis Arab Sahara di bekas koloni Spanyol dan menentang pembagian Sahara Barat untuk Maroko dan Mauritania.

Polisario berdamai dengan Mauritania di tahun 1979. Dengan demikian, bagian selatan Sahara (bernama Wadi al-Dzahab) kembali ke pangkuan Republik ini. Di lain pihak, Kerajaan Maroko tetap menduduki semua bagian utara Sahara Barat (bernama al-Saqiya al-Hamra). Sejak saat itu, Polisario memusatkan perlawanannya terhadap Maroko.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *