Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Analisis Geliat AS Destabilisasi Timteng

Analisis Geliat AS Destabilisasi Timteng

POROS PERLAWANAN -Pergerakan-pergerakan AS dalam beberapa hari terakhir secara jelas mengungkap niat Washington untuk tetap eksis di kawasan Teluk Persia, Irak, dan Suriah. Hal ini dilakukan di saat negara-negara Kawasan praktis telah mengambil langkah demi membuang perselisihan di antara mereka.

Dilansir al-Alam, AS berupaya mendestabilisasi Timteng guna menjustifikasi kehadiran ilegalnya di Suriah, Irak, dan Kawasan, terutama setelah berakhirnya perang di kedua negara itu dan pulihnya kerukunan negara-negara di Timteng.

Di saat hubungan negara-negara Arab dengan Iran dan Suriah sudah sangat membaik, yang ditandai dengan pertemuan antarpejabat dan pembukaan kembali Kedubes-kedubes mereka, AS melakukan konspirasi demi mencegah rekonsiliasi negara-negara sahabat di Kawasan.

Salah satu tindakan berbau konspirasi Washington adalah diumumkannya pengiriman jet-jet tempur F-16 AS ke kawasan Teluk Persia. Tujuannya, sebagaimana diklaim AS, adalah untuk “memberikan perlindungan udara bagi kapal-kapal di Selat Hormuz di hadapan aksi-aksi Iran”.

Hal ini dilakukan AS di saat Timteng sudah lama tidak menyaksikan insiden keamanan penting di lautan, kecuali beberapa kejadian yang dirancang secara sengaja oleh AS demi mengganggu pelayaran internasional. Tujuannya adalah mengesankan bahwa Kawasan tidak aman dan membutuhkan kehadiran militer AS.

Di antaranya adalah tabrakan disengaja beberapa kapal tanker yang memuat minyak selundupan dari Teluk Persia dengan kapal-kapal Iran. Sebagian dari tabrakan ini menewaskan dan melukai sejumlah warga Iran, sehingga membutuhkan tindakan tegas Angkatan Laut Iran untuk mencegah terjadinya pelanggaran hukum internasional semacam ini.

Dalam sebuah tindakan lain, Kemenhan AS mengumumkan tengah mengkaji sejumlah opsi militer untuk menghadapi “agresi Rusia yang terus bertambah di angkasa Suriah”. Padahal AS sendiri tidak punya justifikasi logis untuk kehadiran ilegalnya di Suriah, yang tujuan sebenarnya adalah menggulingkan Pemerintahan Bashar Assad dan menjarah minyak negara itu.

AS mengaku berada di Suriah untuk menghadapi aktivitas kemiliteran Rusia di negara itu, juga membendung kerja sama Moskow, Teheran, dan Damaskus untuk mengusir Washington. AS lupa atau pura-pura lupa bahwa sebagai negara independen, anggota PBB dan Liga Arab, justru Suriah yang meminta para sekutunya, yaitu Iran dan Rusia, untuk membantu Damaskus membasmi kelompok-kelompok teroris-Takfiri dukungan AS.

Sementara itu di Irak, Joe Biden dan Dubes AS secara terbuka mengancam akan meneror Sekjen al-Nujaba, Akram al-Kaabi; tindakan yang mencerminkan secara jelas intervensi Washington dalam urusan domestik Baghdad.

Sikap arogan dan imperialis AS ini mendorong para pendukung Perlawanan Irak melakukan unjuk rasa di depan Kedubes AS di Baghdad.

Para pengunjuk rasa mengecam intervensi AS terkait urusan dalam negeri Irak, terutama dalam hal keamanan, politik, dan ekonomi. Mereka juga mengutuk peran AS dalam merusak sistem listrik Irak dan menghalangi Baghdad membayar harga gas kepada Teheran.

Semua ini dilakukan Washington demi mencegah rekonsiliasi negara-negara Arab-Islam serta mengadu domba mereka agar Rezim Zionis bisa hidup nyaman dan AS bisa mewujudkan kepentingannya di Kawasan.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *