Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Analisis Kekalahan Israel di Medan Perang dan Medan Diplomasi (Bagian Pertama)

Analisis Kekalahan Israel di Medan Perang dan Medan Diplomasi (Bagian Pertama)

POROS PERLAWANAN- Sejak diciptakan hingga sekarang, Israel sedikitnya menghadapi 9 perang besar dan beberapa perang lain dalam skala lebih kecil. Namun para pengamat internasional tidak bisa mengingat bahwa Israel pernah mengalami kekalahan multiaspek seperti yang dideritanya sejak 7 Oktober 2023 hingga sekarang.

Ini bukan sekadar slogan. Jika kita meringkas semua aspek kekalahan dalam 2 aspek saja, harus dikatakan bahwa hingga hari ke-70 perang, Israel menderita kekalahan di medan perang dan medan diplomasi.

Kekalahan di Medan Perang

Sebelum kita harus merinci detail proses pertempuran di sepanjang Jalur Gaza (41 km), mesti diterima bahwa dalam pertempuran antara 2 pasukan yang tak seimbang, pasukan yang lebih lemah dianggap menang jika ia tidak lenyap.

Dengan kata lain, salah satu pihak adalah Tentara klasik Israel yang bersenjata lengkap dan memiliki perangkat serta teknologi modern. Israel juga mendapat dukungan udara, darat, dan laut, serta pasokan persenjataan via udara selama 24 jam dari AS.

Pihak lain adalah pasukan pembebasan rakyat yang tidak memiliki angkatan udara dan laut. Mereka juga membuat sendiri senjata dan peralatannya. Mereka juga tidak mendapatkan dukungan.

Dalam kondisi seperti ini, ketika pasukan yang lebih kuat terjun ke medan dengan seluruh kekuatan, lalu secara resmi mengumumkan bahwa tujuannya adalah menghancurkan pasukan yang lebih lemah, namun mereka tidak berhasil, maka dari sisi militer, pasukan pertama kalah dan pasukan kedua menang, sebab mereka sukses mempertahankan eksistensinya.

Sekarang di medan Gaza, setelah 70 hari perang berlalu, eksistensi Hamas bukan hanya tidak terancam 100 persen-atau minimal hingga saat ini belum ada penilaian seperti itu-tapi berkat kota terowongan dan strategi perang cermatnya, Hamas justru mampu membendung musuh di Gaza dan melancarkan serangan menyakitkan kepadanya.

Dalam sepekan lalu, Israel disergap di beberapa titik, termasuk Sujaiyah di timur Gaza, yang menghidupkan kenangan buruk 2014 bagi Rezim Zionis. Dalam penyergapan-penyergapan ini, Israel kehilangan sekitar 50 serdadu, yang kurang lebih sepertiganya telah diakui oleh Tel Aviv. Sedikitnya 2 orang dari mereka adalah komandan batalion.

Dari sekian kekalahan di medan perang, kami hanya menyebut contoh yang terjadi pada Selasa lalu (hari ke-67). Sebanyak 4 serdadu Israel disergap dan tewas di sebuah bangunan di Sujaiyah. Sebuah tim penyelamat masuk ke bangunan itu untuk membantu, namun mereka juga disergap dan tewas. Kontak dengan seorang serdadu pun terputus.

Komandan Batalion, yang menyangka bahwa serdadu itu ditawan, menyerang bersama tim penyelamat berikutnya. Namun mereka juga disergap untuk ketiga kalinya dan sebagian mereka terbunuh.

Jika penyergapan-penyergapan ini terjadi di pekan pertama perang, mungkin itu masih bisa dijustifikasi. Namun ketika pasukan Israel disergap semacam ini setelah 2 bulan perang, hingga sedikitnya 2 komandan tewas, berarti ada sesuatu yang salah. Menurut Wall Street Journal, kecaman terus mengalir kepada Militer Israel. Kritik-kritik ini menandakan proses di lapangan tidak berjalan baik.

Sejak dimulainya perang darat, jumlah kerugian jiwa dari Militer Israel, berdasarkan pengumuman resmi, adalah 116 orang (445 sejak awal perang). Belum ada satu pun kawasan yang diduduki Militer Israel. Militer Israel telah merangsek ke beberapa titik di sepanjang 41 km Gaza, namun mereka tak menguasai atau mensterilkan satu pun kawasan dari sudut pandang kemiliteran. Pendek kata, 2 tujuan operasi darat Israel, yaitu menghancurkan Hamas (atau minimal kekuatan militer dan teror atas pimpinannya) dan membebaskan tawanan tidak terwujud.

Dengan demikian, hasil dari proses 70 hari perang adalah pasukan yang lebih kuat (Militer Israel) gagal hingga hari ini, atau dengan ungkapan lebih akurat, telah kalah. Hasil ini tentu berkaitan dengan “perang hingga hari ni.” Proses di lapangan untuk besok dan selanjutnya masih belum diketahui. Bisa saja proses di lapangan ini akan berubah menjadi keuntungan bagi salah satu pihak.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *