Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Apa yang Ditulis Anak-anak Palestina dalam Surat Wasiat Mereka?

Apa yang Ditulis Anak-anak Palestina dalam Surat Wasiat Mereka?

POROS PERLAWANAN– Di saat pelajar SD bernama Abdurrahman Hamad tengah pulang ke rumahnya dari sekolah, seorang serdadu Israel menembaknya. Abdurrahman gugur di tempat setelah perutnya ditembak. Setelah kematiannya, keluarganya menemukan surat wasiat yang ia tulis untuk mereka satu setengah tahun sebelumnya.

Dikutip al-Alam dari al-Arabi al-Jadid, Abdurrahman adalah salah satu dari sekian banyak anak dan remaja Palestina di Tepi Barat yang sudah menulis surat wasiat di usia muda.

Setelah agresi Rezim Zionis ke Gaza, semakin banyak remaja Palestina di Tepi Barat yang menulis surat wasiat.

Dalam surat wasiatnya, Abdurrahman menulis:”Jangan taruh aku di kamar pendingin (mayat), tapi segera kuburkan aku. Ingatlah kenangan-kenangan indah tentangku. Jangan bersedih untukku. Aku tidak ingin siapa pun bersedih.”

Abdurrahmah ditembak mati padahal ia tidak berniat melakukan operasi berani syahid terhadap Israel. Dia hanyalah seorang pelajar yang cuma memikirkan pelajarannya. Meski begitu, dalam usia kecilnya, Abdurrahmah sudah menulis surat wasiat.

Sebuah surat wasiat lain dipublikasikan di dunia maya. Surat wasiat itu ditulis seorang bocah perempuan berusia 7 tahun di Gaza, yang gugur akibat serangan rudal ke Rumah Sakit al-Muammadani.

Dia bernama Haya. Haya menulis surat wasiatnya dalam buku tulisnya. Dia menghiasi nama-nama yang disebut dalam surat wasiatnya dengan lambang hati dan bunga.

Dalam surat wasiatnya, Haya memberikan mayoritas “asetnya” untuk ibunya, yaitu sebanyak 25 Shekel. Ia membagi-bagi sisa tabungannya untuk anggota keluarganya yang lain: 5 Shekel untuk Zainah, 5 Shekel untuk Hashim, 5 Shekel untuk Nenek, 5 Shekel untuk Bibi Maryam, 5 Shekel untuk Paman Abud, dan 5 Shekel untuk Paman Usamah. Ia juga berwasiat agar sepatu-sepatunya diberikan kepada fakir miskin, tentu setelah dicuci terlebih dahulu.

Surat wasiat lain ditulis seorang remaja berusia 16 tahun dari Nablus. Sama seperti Abdurrahman, Gheits juga baru kembali dari sekolah ke rumahnya. Dia hanya sedang menonton serbuan para pemukim Zionis, yang dikawal Militer Israel, ke kawasan Makam Yusuf. Gheits ditembak di kepalanya oleh penembak jitu Israel. Ayah Gheits mengatakan,”Saya tidak tahu kenapa tentara Israel tega meledakkan kepala anak saya dengan peluru.”

Dalam surat wasiatnya, Gheits meminta agar jasadnya tidak disimpan di kamar pendingin, sebab di sana sangat dingin. Ia meminta dikuburkan di pemakaman anak-anak agar ia tidak merasa sendirian. Gheits juga berwasiat agar akun medsosnya dibiarkan tetap aktif, agar orang-orang selalu mengingat dirinya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *