Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Berbeda dengan Negara Arab Lain, Nyata Sekali Keangkuhan Saudi Sikapi ‘Problematika Dialog’ dengan Iran

Berbeda dengan Negara Arab Lain, Nyata Sekali Keangkuhan Saudi Sikapi ‘Problematika Dialog’ dengan Iran

POROS PERLAWANAN – Beberapa waktu lalu, Syekh Hamad bin Jasim Al Thani meminta para anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) untuk berdialog dengan Iran. Ada dua poin sangat penting yang ada dalam imbauan Menlu Qatar ini.

Pertama, imbauan ini disampaikan setelah negara-negara Arab ini mengharapkan terjadinya konflik antara AS dan Iran. Kedua, meski ada perbedaan pendapat antara Iran dan negara-negara ini, namun menurut Syekh Hamad, “hal ini tidak boleh menjadi kendala dialog dengan Iran, sebab kami pun juga bekerja sama dengan negara-negara yang berselisih dengan kami dalam banyak hal”.

Dilansir al-Alam, beberapa hari setelahnya, Wamenlu Qatar Muhammad bin Abdurrahman Al Thani juga menegaskan, sudah tiba waktunya bagi anggota GCC untuk berdiskusi dengan Iran.

Sembari berharap para pemimpin kedua belah pihak bertemu, ia berkata, ”Iran berkali-kali mengutarakan minatnya untuk berdialog dengan negara-negara Arab di Teluk Persia.”

Seperti biasa, Iran pun menyambut hangat imbauan ini. Menlu Javad Zarif menyatakan, Iran terbuka untuk merangkul negara-negara Arab ini, serta menegaskan bahwa stabilitas Kawasan bermanfaat bagi semua pihak.

Senada dengan Zarif, Jubir Kemenlu Iran Saeed Khatibzadeh menyatakan bahwa sebagai dukungan terhadap prospek dialog antara negara-negara di Kawasan, Teheran siap mengabaikan kesalahan-kesalahan Riyadh dan berdialog tentang kekhawatiran-kekhawatiran Saudi. Tentu dengan syarat bahwa Saudi mesti menyadari solusi untuk problem di Kawasan adalah kerja sama regional, bukan perang.

Saudi tidak boleh mengulangi kesalahan-kesalahannya lagi. Negara ini sudah pernah menolak berbagai proposal rekonsiliasi dengan Iran. Salah satunya adalah Proposal Perdamaian Hormuz (HOPE), yang diajukan Presiden Hassan Rouhani di Sidang Umum PBB tahun 2019 silam.

Pengalaman selama 4 tahun terakhir masih juga belum menjadi pelajaran bagi Saudi, bahwa mengandalkan AS untuk menundukkan Iran adalah sebuah kekeliruan. Rezim yang dibangun atas fondasi kejahatan dan invasi jelas tidak bisa dipercaya untuk menghadapi Iran.

Sayangnya, Saudi masih saja berharap pada permusuhan AS terhadap Iran.

Menanggapi imbauan Qatar, Menlu Saudi Faisal bin Farhan berkata bahwa “percuma berdialog dengan Iran”. Ia mengklaim, tujuan dari imbauan ini adalah “membuang-buang waktu dan lari dari krisis”.

Saudi tidak pernah tenang menyaksikan kemampuan militer dan pertahanan Iran. Riyadh selalu meminta AS menekan Teheran, agar Iran tidak bisa menggunakan fasilitas yang diproduksinya sendiri. Padahal AS sendiri menjadikan Saudi sebagai gudang besar senjata-senjata mematikan buatannya.

Pada akhirnya, Saudi mesti mengambil pelajaran dari kebijakan-kebijakan Trump, yang hanya mendatangkan kehancuran bagi Kawasan. Riyadh hendaknya mengambil opsi diplomatik untuk menyelesaikan krisis regional dan perselisihannya dengan Iran, sehingga bisa tercipta sebuah kawasan stabil yang kosong dari hegemoni asing.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *