Loading

Ketik untuk mencari

Berita Nasional

Berkunjung ke Teheran, Rektor Unhas Makassar: Banyak Potensi Hubungan Iran-Indonesia Bisa Dikembangkan

POROS PERLAWANAN – Kunjungan penting Presiden Iran, Ebrahim Raeisi ke Indonesia bulan lalu membuka jalan untuk memperkuat hubungan antara kedua negara di berbagai bidang, kata seorang akademisi Indonesia.

Dalam sebuah wawancara dengan situs Press TV, Jamaluddin Jompa, yang saat ini menjabat sebagai Rektor di Universitas Hasanuddin, mengatakan bahwa Teheran dan Jakarta merupakan tempat yang ideal untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan.

Dia secara khusus berbicara tentang potensi yang belum dimanfaatkan di bidang akademik dan ilmiah dan mengatakan bahwa perusahaan berbasis pengetahuan Indonesia tertarik untuk memperkuat kerja sama dengan mitra mereka dari Iran.

“Misi kami [berkunjung ke Republik Islam Iran] tidak hanya untuk tujuan akademik, kami ingin memperkenalkan produk-produk berbasis inovasi di pasar,” kata Jompa, yang memimpin delegasi akademisi Indonesia ke Iran pekan lalu.

“Mudah-mudahan ke depan dapat diperluas ke kerja sama bisnis antara Indonesia dan Iran.”

Jompa, yang juga merupakan anggota dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), memuji kemajuan Iran dalam industri peralatan medis dan mengatakan produk dalam negeri Iran dapat menutup celah di pasar Indonesia.

“Indonesia memiliki populasi yang besar dan kami masih memiliki masalah di sektor medis, jadi saya pikir itu salah satu bidang yang juga dapat kita kerjakan bersama,” kata akademisi Indonesia itu kepada situs web Press TV.

Universitas Hasanuddin memiliki dua rumah sakit, menurut Jompa, menambahkan bahwa peralatan medis yang mungkin diproduksi bersama oleh Iran dan Indonesia di masa depan dapat mengisi rumah sakit tersebut.

Ia juga mengatakan bahwa kunjungannya ke Iran bertujuan untuk menindaklanjuti kesepakatan Teheran-Jakarta yang ditandatangani baru-baru ini, yang bertujuan untuk mendorong volume perdagangan tahunan kedua negara.

Presiden Raeisi, selama kunjungan kenegaraannya ke Jakarta pada Mei, mengumumkan bahwa Iran dan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan nilai perdagangan tahunan mereka menjadi $20 miliar.

Dia mengatakan bahwa kedua belah pihak bertekad untuk mengesampingkan Dolar dan mempromosikan pertukaran menggunakan mata uang nasional.

Presiden Iran menggambarkan perluasan hubungan dengan Indonesia, “sebagai salah satu negara penting dan efektif di Asia dan dunia dan anggota organisasi regional dan internasional yang penting”, sebagai “penting” bagi Iran dan mengatakan kedua belah pihak memiliki kapasitas yang beragam untuk memperdalam hubungan.

“Selama 70 tahun terakhir sejak terjalinnya hubungan diplomatik, kedua negara selalu melakukan interaksi yang baik di berbagai bidang politik, ekonomi, perdagangan, regional, dan internasional,” kata Presiden Raeisi kala itu.

“Saya di sini untuk menilai kesediaan kedua negara untuk memperkuat kerja sama dan interaksi bilateral di masa depan,” kata Jompa kepada situs web Press TV.

Jompa juga menjelaskan tentang rencana mengadakan program pertukaran pelajar antara kedua negara.

“Itu salah satu misi kami untuk meningkatkan kualitas dan jumlah pertukaran untuk mempererat hubungan generasi selanjutnya (antarkedua negara),” tegasnya.

Dia menyebut bahwa media Barat menerapkan standar ganda dalam menggambarkan Iran, mengatakan bahwa program pertukaran dapat memungkinkan siswa Iran dan Indonesia untuk melihat “kebenaran” tentang kedua negara.

“Kami berharap mahasiswa Iran datang ke universitas kami (di Indonesia) untuk merasakan bagaimana orang Indonesia hidup dan bagaimana mereka melihat rakyat Iran dan Iran sebagai sebuah negara,” kata Jompa.

“Saya pikir ada potensi bagi generasi berikutnya untuk dapat melihat kebenaran dan juga datang ke Iran dan mengalami kehidupan di sini dan saya pikir mereka semua akan mendapat manfaat.”

Jompa mengatakan bahwa saat ini tidak ada mahasiswa Iran di Universitas Hasanuddin, salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia.

“Kami memiliki satu alumni dari Iran yang menjadi dosen. Kami juga memiliki sudut Iran di universitas kami. Kami ingin mempromosikan universitas kami sebagai universitas terbuka dan inklusif bagi semua mahasiswa.”

Jompa mengatakan bahwa Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memberikan contoh yang “sangat baik” dalam memperlakukan agama minoritas dengan cara yang “sangat damai”.

Dia menambahkan bahwa Republik Islam dan Indonesia dapat bersama-sama “mempromosikan kebenaran tentang Islam” dan melawan momok Islamofobia yang saat ini melanda dunia.

Untuk menghindari “kewalahan dengan apa yang dikatakan oleh berita dan media” negara-negara harus “proaktif,” agar tidak terpengaruh oleh asumsi yang salah, tegasnya.

“Indonesia adalah negara Muslim terbesar dalam hal jumlah penduduk dan Iran adalah Republik Islam dengan mayoritas penduduk Muslim sehingga harus ada ikatan yang kuat antara kedua negara.”

“Saya berharap untuk melihat interaksi ini berkembang di masa depan dan saya berharap di Iran saya dapat mengubah pola pikir tentang Indonesia yang merupakan negara yang sangat terbuka dan menyambut orang Iran,” katanya.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *