Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Bukan Frankenstein, Machiavelli atau Mussolini, Boneka AS dan Israel itu Bernama Bin Zayed

Bukan Frankenstein, Machiavelli atau Mussolini, Boneka AS dan Israel itu Bernama Bin Zayed

POROS PERLAWANAN – Dilansir al-Alam, segala tindak-tanduk atau sepak terjang Putra Mahkota Abu Dhabi Muhammad bin Zayed tidak bisa dianggap sebagai ambisi politik untuk meraih posisi kuat di pentas internasional. Sebab, SDM, luas geografis, atau pengaruh politik UEA tidak memadai untuk membuat Abu Dhabi mampu melakukan intervensi militer di Libya dan Yaman, mengubah pemerintahan Sudan, Mesir, dan Tunisia, menguasai pelabuhan, pesisir, dan selat strategis negara lain, atau berkoalisi dengan Yunani untuk memerangi Turki.

Menurut para analis, sulit untuk mencari pembenaran intervensi UEA dalam isu-isu internasional. Alasannya, semua yang dimainkan UEA adalah peran negatif. Negara ini mengikuti proyek AS-Israel di Kawasan, sehingga ia pun menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv. Bersama-sama dengan Saudi, UEA juga menyulut perang di Yaman, yang masih berlanjut hingga kini.

UEA juga terjun langsung dalam perang terhadap Libya. Intervensi Abu Dhabi membuat Yaman dan Libya dibayangi separatisme. UEA juga mendukung pemerintahan diktator dan kudeta militer di sejumlah negara Arab.

Abu Dhabi juga membuka lebar-lebar kas keuangannya demi kemenangan Donald Trump di Pilpres AS. Padahal dunia tahu bahwa Trump tidak memiliki capaian apa pun, selain “mengakui Quds sebagai Ibu Kota Israel, mengklaim kedaulatan Israel atas Golan dan Tepi Barat, memindahkan Kedubes AS ke Quds, melarang orang Muslim memasuki AS, dan berupaya melenyapkan isu Palestina melalui proyek Deal of The Century”.

Semua peran negatif ini membuat para pengamat tidak bisa menjustifikasi tindakan-tindakan UEA di kancah internasional.

Dari semua peran yang dimainkan UEA di atas, apa keuntungan yang bisa diperoleh Dunia Arab dan Palestina?

Media Barat, terutama AS, berusaha menjustifikasi tindakan Bin Zayed sedemikian rupa, agar bisa menutupi tujuan utama dari tindakan tersebut. Menurut mereka, Bin Zayed menganggap dirinya Machiavelli, padahal ia bertindak seperti Mussolini.

Sebagian media Barat menyebut Bin Zayed sebagai “Frankenstein Kecil.” Ini merujuk ke sebuah kisah fiksi tentang makhluk berwajah seram yang dibuat di laboratorium, dan di akhir kisah membunuh penciptanya. Artinya, meski Bin Zayed menerima dukungan dan bantuan AS, namun sekarang ia “mengancam kepentingan AS di Kawasan”.

Namun sebenarnya, Bin Zayed bukan Machiavelli, atau Mussolini, atau Frankenstein. Dia bukanlah ancaman bagi kepentingan Washington di Kawasan, seperti yang diklaim media-media AS. Justru, semua yang dilakukannya membawa keuntungan bagi AS-Israel, serta berlawanan dengan kepentingan UEA dan Arab.

Semua tindakan Bin Zayed adalah kepatuhan terhadap AS dan Rezim Zionis. Dia tidak berhak untuk membantah dan menolak perintah mereka. Orang ini tak lebih dari sebuah boneka yang, cepat atau lambat, akan mendatangkan kerugian dan kerusakan bagi negaranya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *