Loading

Ketik untuk mencari

Amerika Iran

Dalam Kondisi Babak Belur AS Dihantam Corona, Muslihat dan Sandiwara Sok Kuasa Trump Tawarkan Perundingan Dianggap Angin Lalu oleh Iran

Dalam Kondisi Babak Belur AS Dihantam Corona, Muslihat dan Sandiwara Sok Kuasa Trump Tawarkan Perundingan Dianggap Angin Lalu oleh Iran

POROS PERLAWANAN – Donald Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, Minggu 19 April mengklaim, Iran di awal jabatannya menjadi kuat lantaran “keistimewaan” yang diperolehnya dari JCPOA. Dia mengklaim bahwa Iran terlibat dalam 18 konfrontasi dengan AS.

Namun, ujar Trump, saat ini Iran sudah sangat berubah.

“Iran sebenarnya ingin berunding. Tapi satu-satunya alasan yang menghalangi mereka berunding adalah pendapat sebagian orang bahwa Trump akan kalah (dalam Pilpres AS), sehingga Iran bisa berunding dengan seorang yang tertipu (Joe Biden),” kata Trump, seperti dilansir Mashregh.

Pada beberapa pekan lalu, Trump juga melontarkan klaim-klaim serupa. Dia mengatakan, “Saya rasa, mereka (Iran) menginginkan sebuah kesepakatan. Namun mereka tidak tahu bagaimana memulainya. Yang harus mereka lakukan adalah menghubungi kami dan meminta bantuan.”

Saat ini, AS dalam kondisi parah lantaran pandemi Corona. Paman Sam juga menempati peringkat pertama dalam jumlah pengidap dan korban jiwa akibat Covid-19. Ketidakmampuan AS untuk memenuhi kebutuhan perangkat medis bagi rumah sakit, penjarahan toko-toko, dan antrian di toko-toko senjata hanyalah bagian kecil dari kondisi parah yang dihadapi AS dalam pekan-pekan terakhir.

Sekarang, AS yang tidak mampu mengendalikan krisis Corona di negaranya, tiba-tiba saja berlagak ingin berunding dengan Iran.

Para pakar berpendapat, Trump hanyalah bersandiwara ingin melakukan negosiasi. Statemen-statemen penuh muslihat Trump, beserta upaya untuk memperpanjang sanksi atas Iran, berada dalam satu puzzle yang tujuannya adalah mendorong petinggi Iran untuk berunding.

Untuk mencapai tujuannya, AS biasa menggunakan satu strategi dan taktik. Strategi AS adalah “tekanan” untuk menguras energi pihak lawan, setelah itu menggunakan “perundingan” sebagai pelengkap tekanan agar tujuannya terwujud.

Pada hakikatnya, ini bukan perundingan sejati, tapi hanya sarana bagi AS untuk memanen hasil dari tekanan-tekanannya. Duduk di balik meja perundingan bersama AS artinya adalah “mereka menerima secara kontan hal-hal yang berusaha diraihnya dengan melancarkan tekanan.”

Dengan berlagak menawarkan perundingan kepada Teheran, Washington sebenarnya ingin mengalihkan opini umum dari krisis Corona yang telah mempermalukan AS.

Menlu Iran, Javad Zarif, telah merespons statemen Trump melalui laman Twitter-nya.

“Semua pekerjaan yang mesti kalian lakukan adalah berhenti mencampuri urusan negara-negara lain, terutama negara saya. Percayalah, kami tak akan berunding dengan politisi AS mana pun,” cuit Zarif.

Zarif juga telah membalas pernyataan bohong Trump, dengan mengatakan bahwa Iran dalam beberapa bulan ke depan sanggup mengekspor alat pernapasan buatan (ventilator).

Trump pada Minggu kemarin berpura-pura menunjukkan simpati kepada rakyat Iran. Dia mengklaim, AS siap mengirim ventilator yang dibutuhkan Iran, karena “banyak korban jiwa akibat wabah di Iran.”

Beberapa hari lalu, Zarif dalam cuitannya menegaskan, AS telah kehilangan kesempatan untuk meninggalkan kecanduannya kepada sanksi.

“Di tengah sanksi-sanksi AS, Iran meraih kemajuan signifikan dalam memerangi pandemi (Corona) berkat sumber daya manusia dan pengetahuannya,” cuit Zarif.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *