Dukungan Jepang untuk Palestina: Dari Solidaritas, Protes Hingga Munculnya Simbol Keteguhan
POROS PERLAWANAN – Dalam situasi kritis yang terus berlanjut di Jalur Gaza, dukungan terhadap Palestina bergema dari banyak negara, termasuk Jepang. Sebagai negara yang pernah menjadi korban bom nuklir, Jepang menyuarakan penentangan kuat terhadap kekerasan di Gaza. Masyarakat Jepang merasa prihatin atas kondisi ini, yang menurut otoritas kesehatan Gaza, tentara Israel telah menyebabkan lebih dari 42.900 warga Palestina tewas dan lebih dari 100.000 terluka akibat serangan Israel.
Sensitivitas Jepang terhadap kekerasan dan potensi genosida dipengaruhi oleh pengalaman traumatis mereka selama Perang Dunia II, ketika serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki menewaskan ratusan ribu orang dan menimbulkan dampak fisik serta psikologis yang mendalam. Pengalaman ini, yang diwarisi melalui kisah para penyintas atau Hibakusha, mendorong masyarakat Jepang untuk menolak segala bentuk kekerasan dan penggunaan senjata pemusnah massal.
Di tingkat pemerintahan, Jepang telah menunjukkan komitmen kemanusiaannya melalui bantuan signifikan bagi Palestina. Sejak Oktober tahun lalu, Jepang telah menyalurkan lebih dari $125 juta bantuan kemanusiaan dalam bentuk obat-obatan, makanan, dan bantuan darurat lainnya, menunjukkan kepedulian Jepang sebagai salah satu ekonomi terbesar di Asia Timur terhadap isu kemanusiaan.
Beberapa media Jepang, termasuk The Diplomat dan Japan Times, menyoroti kekhawatiran publik Jepang terhadap situasi di Gaza. Editorial dan opini yang diterbitkan sering kali mengkritik tindakan militer Israel dan menyuarakan solidaritas terhadap Palestina. Sentimen publik ini didorong oleh gerakan aktivis muda, mahasiswa, akademisi, dan tokoh masyarakat yang secara aktif mengadvokasi penghentian kekerasan melalui protes damai, acara solidaritas, dan bantuan kemanusiaan bagi Gaza.
Tokoh-tokoh berpengaruh di Jepang juga mengkritik keterlibatan negara dalam perdagangan senjata dengan negara-negara pendukung Israel, menciptakan tekanan pada kebijakan luar negeri Jepang untuk tetap netral dan memprioritaskan kemanusiaan dalam konflik ini. Banyak pihak di Jepang berharap negara mereka bisa mengambil peran netral dan berperan aktif dalam mengadvokasi perdamaian.
Perubahan sikap Jepang mendapat tanggapan dari Israel yang memperlihatkan keprihatinan atas dukungan publik Jepang terhadap Palestina. Beberapa pejabat Israel menyebut perubahan ini sebagai “kesalahpahaman” dalam memahami situasi di Gaza, menunjukkan bahwa pandangan publik Jepang memiliki dampak yang signifikan di panggung internasional.
Di tengah konflik ini, Konfederasi Organisasi Korban Bom Atom dan Bom Hidrogen Jepang, atau Nihon Hidankyō, mengambil peran vokal dalam menentang kekerasan. Nihon Hidankyō, yang mewakili penyintas bom atom Hiroshima dan Nagasaki, baru-baru ini menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas upaya melawan senjata nuklir. Penghargaan ini memperkuat posisi mereka sebagai salah satu suara berpengaruh dalam advokasi anti-nuklir dan menyerukan Jepang untuk mengingat sejarahnya sekaligus berperan aktif dalam perdamaian global.
Gerakan aktivisme yang tak terduga muncul dari seorang pemilik restoran ramen, Chikahiro Naoya, yang menggelar protes mingguan di depan Kedutaan Israel di Tokyo, menyerukan “Jangan bunuh anak-anak!” dan “Hentikan genosida!”
Aksi Naoya ini tak hanya menarik perhatian media, melainkan juga menginspirasi orang-orang untuk bergabung, menjadikannya simbol ketahanan masyarakat Jepang melawan ketidakadilan.
Dukungan Jepang terhadap Palestina memperlihatkan posisi unik dalam konteks internasional. Di antara negara-negara Asia lainnya, Jepang muncul sebagai suara lantang yang menentang kekerasan terhadap warga sipil. Meskipun beberapa negara lebih berhati-hati dalam menyatakan pandangan mereka, Jepang secara jelas menunjukkan dukungannya untuk mengakhiri kekerasan, memperlihatkan bahwa komitmen terhadap hak asasi manusia melampaui batasan geografis dan politik.
Di ranah digital, sosok Yahya Sinwar, Kepala Biro Politik Hamas yang syahid di Gaza, menjadi simbol keteguhan bagi sebagian masyarakat Jepang. Media sosial Jepang dipenuhi ilustrasi Sinwar sebagai samurai, mencerminkan penghormatan terhadap nilai-nilai keteguhan dan keberanian yang disematkan pada perjuangan rakyat Palestina.
Dengan meningkatnya solidaritas terhadap Palestina, Jepang menunjukkan bahwa empati lintas benua dan budaya dapat terjalin melalui kepedulian terhadap kemanusiaan. Di tengah konflik yang memilukan ini, Jepang tampil sebagai salah satu negara yang paling vokal menuntut diakhirinya kekerasan di Gaza, memperlihatkan bahwa kepekaan terhadap sejarah dapat mendorong perubahan dalam hubungan internasional.