Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Gagal Sogok Kapten Tanker Iran, Kini Trump Coba Eksploitasi IAEA untuk Menekan Teheran

Gagal Sogok Kapten Tanker Iran, Kini Trump Coba Eksploitasi IAEA untuk Menekan Teheran

POROS PERLAWANAN – Sejak Rafael Mariano Grossi menjadi Sekjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sikap lembaga ini terhadap Iran berubah drastis. Padahal sebelum ini, IAEA dalam 17 laporannya menegaskan komitmen penuh Iran terhadap JCPOA, kerja samanya dengan IAEA, dan tiadanya penyimpangan dalam program damai nuklir negara ini.

Dilansir al-Alam, akibat tekanan dari AS dan Israel, laporan-laporan terbaru IAEA mempertanyakan kerja sama Iran. Laporan-laporan ini segera disambut dengan sukacita oleh tiga negara Eropa (Jerman, Inggris, dan Prancis), karena mendapat dalih atas tiadanya komitmen mereka terhadap JCPOA.

Semua tahu bagaimana perlakuan Donald Trump kepada lembaga-lembaga internasional. Trump menggunakan lembaga-lembaga ini sebagai alat intimidasi untuk menjalankan kebijakannya dan menganggap ini sebagai “hak konstitusional baginya.”

Jika ada lembaga internasional yang membangkang, atau bahkan hanya bersikap netral, AS langsung menghentikan bantuan dan menjatuhkan sanksi kepadanya. Buktinya adalah nasib yang menimpa WHO, ICC, UNRWA, dan selainnya.

Saat ini, AS mengeksploitasi IAEA demi kepentingannya. IAEA sudah mengakui bahwa 21 persen inspeksinya tahun lalu dilakukan hanya di Iran saja. Tahun lalu, IAEA telah melakukan 33 inspeksi di negara tersebut. Ini menjadikan Iran sebagai negara yang paling banyak bekerja sama dengan IAEA.

Namun saat ini, alih-alih bersandar pada bukti-bukti kerja sama Iran dengan IAEA, lembaga ini justru bertumpu pada “bukti-bukti yang dikarang AS dan Israel”, untuk mempertanyakan keseriusan Teheran dalam bekerja sama.

Sebelum ini, Kemenlu AS mengakui telah menawarkan jutaan dolar kepada kapten kapal tanker Iran Adrian Darya I, yang ditahan Inggris di Selat Gibraltar. Dia ditawari untuk membawa tanker itu ke pelabuhan yang memungkinkan AS untuk menahanya. Yang terbaru, kapten tanker pembawa bensin Iran ke Venezuela juga diiming-imingi sogokan agar membatalkan perjalanannya.

Dengan rekam jejak semacam ini, mungkinkah AS hanya berdiam diri di hadapan masalah yang jauh lebih urgen dari penjualan bensin Iran? Yaitu masalah laporan IAEA yang menegaskan transparansi kerja sama Iran dengan lembaga ini?

Hal yang memprihatinkan adalah dukungan tiga negara Eropa terhadap laporan Grossi. Padahal Inggris, Prancis, dan Jerman juga kerap dilecehkan Trump. Terbaru, adalah penarikan Pasukan AS dari Jerman, hanya dengan alasan bahwa Berlin tidak bersedia membayarkan biayanya kepada Washington.

Ketika Grossi dalam laporannya mengklaim bahwa Iran tidak mengizinkan dua fasilitas nuklirnya diinspeksi, tiga negara Eropa ini langsung main ancam dan memaksa Iran untuk “bekerja sama dengan IAEA.” Padahal, mereka hanya berdiam diri saat Trump keluar secara sepihak dari JCPOA dan mengembalikan sanksi atas Iran, yang jelas-jelas melanggar Resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB.

Bagaimana pun juga, Iran tetap menyatakan siap bekerja sama dengan IAEA, meski tahu lembaga ini di bawah tekanan Trump dan Netanyahu.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *