Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Hamas Peringatkan Bahaya dan Tipu Muslihat di Balik Pembentukan Organisasi Yahudi Arab oleh Kemenlu Israel

POROS PERLAWANAN – Dilansir Fars, kelompok Hamas menyatakan bahwa pembentukan organisasi Yahudi di negara-negara Arab sekitar Teluk Persia bertujuan meneguhkan eksistensi Rezim Zionis di negara-negara tersebut.

Dikutip dari Russia Today, Kepala Kantor Informasi Hamas di luar Palestina, Rafat Murrah mengatakan, ”Pembentukan organisasi Yahudi di negara-negara Arab Teluk Persia akan berujung pada kian kuatnya eksistensi Rezim Zionis di Kawasan, serta mengancam kondisi keamanan dan sosial di sana.”

Sembari menyatakan penentangannya terhadap keputusan Kemenlu Israel tersebut, Murrah mengatakan, ”Tindakan ini menunjukkan semakin mundurnya rezim-rezim Arab yang telah melakukan normalisasi dengan Israel.”

“Normalisasi hubungan (dengan Zionis) membawa kerugian kepada isu Palestina dan hak bangsa Palestina,” tandas Murrah.

Justifikasi-justifikasi yang dilontarkan terkait pembentukan organisasi itu disebut Murrah sebagai tipu muslihat dan penipuan belaka. Menurutnya, dalih-dalih kosong ini tidak bisa menyembunyikan peran destruktif Rezim Zionis di Kawasan.

Kemenlu Israel pada hari Senin kemarin melalui akun Twitter-nya mengumumkan, sebuah organisasi, yang bisa dikatakan baru dalam jenisnya, akan segera dibentuk. Organisasi itu akan menghimpun orang-orang Yahudi di negara-negara UEA, Bahrain, Oman, Saudi, Qatar, dan Kuwait.

Rezim Zionis mengklaim, tujuan pembentukan organisasi itu adalah meningkatkan kesejahteraan kaum Yahudi di negara-negara Arab tersebut.

Sementara itu, kendati pembatasan di tengah pandemi Corona telah dikurangi, Tentara Israel masih melarang warga Palestina di sektor lama Quds membuka toko-toko mereka.

Menurut laporan Middle East Monitor, Ketua Komite Pedagang Quds mengatakan, Tentara Israel melakukan patroli di pasar-pasar melebihi batas normal. Tujuannya adalah mencegah program-program yang bisa memulihkan kembali denyut ekonomi di Quds.

Saat ini, lebih dari 66 ribu pegawai telah kehilangan pekerjaan mereka. Angka pengangguran juga meningkat hingga 27,8 persen.

Dalam beberapa tahun terakhir, warga Palestina terpaksa menutup lebih dari 50 toko. Jumlah total 951 ribu pekerja di sektor pasar pada tahun 2019 telah berkurang drastis menjadi hanya 88 ribu orang di tahun 2020.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *