Loading

Ketik untuk mencari

Arab Saudi

Hanya Bisa Bungkam dan Tunduk Diam Saat Berulangkali Direndahkan Trump, Saudi Hilang Martabat Lazimnya sebagai ‘Negara’

Hanya Bisa Bungkam dan Tunduk Diam Saat Berulangkali Direndahkan Trump, Saudi Hilang Martabat Lazimnya sebagai 'Negara'

POROS PERLAWANAN – Seorang penulis dan dosen Palestina, Abdussattar Qasim, dalam artikelnya di harian transregional Rai al-Youm mengkritik Rezim Al Saud lantaran ketundukannya di hadapan AS.

Di awal artikel berjudul “Saudi Sebuah Negara atau Kawasan yang Dijaga AS?” itu, Qasim menyinggung ancaman Washington kepada Riyadh. Donald Trump mengancam akan menarik pasukan AS dari Saudi jika Riyadh tidak berusaha memperbaiki harga minyak di pasar dunia.

“Trump sudah berkali-kali mengungkit dukungan AS untuk Saudi. Seorang senator AS juga pernah berkata, andai bukan karena dukungan AS, Saudi sekarang sudah berbicara dengan Bahasa Persia. Maksudnya, Iran sudah menyerang Saudi (dan mendudukinya),” tulis Qasim.

Menurutnya, kendati hal ini sudah sering dikoarkan oleh AS, namun tak satu pun petinggi Saudi yang marah, atau menjawab, atau membantah, atau memberi klarifikasi.

“Mereka semua hanya bungkam hingga sekarang. Diam adalah tanda pembenaran atas apa yang diucapkan AS. Diam adalah bukti kehinaan dan tiadanya tekad untuk menjaga martabat,” lanjut Qasim.

Trump, tulis Qasim, memang tidak menyebut siapa musuh yang mengintai Saudi. Tapi orang-orang di dunia menyimpulkan bahwa yang dimaksud Trump adalah Iran.

Qasim lalu mengutarakan pertanyaan: apakah Iran memang benar berniat menduduki Semenanjung Arab? Jika benar, apakah ada buktinya?

Menurut Qasim, meski Iran mungkin saja “tertarik” untuk menggulingkan Rezim Saudi, tapi ia menegaskan bahwa ia tak pernah melihat Teheran memobilisasi pasukan untuk menyerang Semenanjung Arab dan melengserkan Klan Saud dengan kekerasan.

Ia menegaskan, Iran berhak memperkuat sistem pertahanannya dan tak boleh ada yang menghalanginya. Namun, industri militer dan pengembangan teknologi nuklir Iran tak berarti bahwa Teheran berniat menyerang Saudi atau lembaga politik lain di Kawasan.

Qasim mengungkap keraguannya soal penyebutan Saudi sebagai “negara.” Sebab sebuah negara tidak semestinya hanya diam dan tak bereaksi saat diremehkan oleh pihak lain.

“Dengan ini bisa disimpulkan bahwa Saudi tak lain hanyalah sebuah kawasan yang dilindungi AS dan mematuhi seluruh instruksinya. Barangkali ini yang menyebabkan Rezim Saudi berlepas diri dari semua eksekusi atas para penentangnya, sebab mereka berpikir bahwa AS bertanggung jawab atas pelanggaran HAM yang dilakukan Riyadh,” tulis Qasim.

“Adakah penguasa di Arab yang benar-benar tahu posisinya di mata Trump? Dalam sejarah, daerah yang dilindungi pihak lain tak disebut sebagai ‘negara.’ Sebab, ia tak memiliki kemerdekaan dan tak bisa mengambil keputusan. Keputusan hanya bisa ditentukan oleh pihak pelindung dan tak ada kuasa yang melebihinya,” pungkas Qasim.

Tags:

3 Komentar

  1. Mohamad Fauzan Mei 8, 2020

    Saya tidak menemukan sumber primer dari tulisan ini. Saya cek di Rai al-Youm versi English tidak ada tulisan Abdussattar Qasim.

    Sebaiknya sertakan link rujukan min, agar kita punya dasar kuat untuk berargumen.

    Balas

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *