Loading

Ketik untuk mencari

Iran

Harian Zionis Bela Iran dan Tanggapi Tudingan Presiden Israel kepada Teheran

Harian Zionis Bela Iran dan Tanggapi Tudingan Presiden Israel kepada Teheran

POROS PERLAWANAN – Dalam sebuah kejadian langka, harian Zionis menanggapi pidato anti-Iran yang disampaikan Presiden Israel di Kongres AS pada 19 Juli lalu. Haaretz mengungkit perkembangan positif bagi Iran dan menyatakan bahwa AS harus merevisi kebijakannya di hadapan Teheran.

“Inilah poin-poin panjang, tegas, dan berbahaya yang disampaikan Presiden (Isaac) Herzog dalam pidatonya di Kongres AS soal ancaman Iran: ‘Jangan sampai kita keliru! Iran tidak berusaha meraih energi nuklir demi tujuan damai. Iran sedang menciptakan sebuah kekuatan nuklir untuk mengancam stabilitas Timteng dan selainnya. Tiap negara atau kawasan yang berada di bawah pengaruh Iran berada di ambang kehancuran total’”, tulis Haaretz, diberitakan Fars.

Menurut harian sayap kiri ini, Herzog mendapat tepuk tangan meriah untuk pidatonya ini. Dia lalu menyebut Yaman, Gaza, Suriah, Lebanon, dan Irak, yang diklaimnya kacau-balau lantaran intervensi Iran.

Meski demikian, Haaretz sendiri yang menyanggah tudingan Herzog kepada Iran. Menurut Haaretz, situasi di Yaman tak ada kaitannya dengan Iran. Irak dahulu adalah sekutu AS. Suriah di bawah Bashar Assad hanya mendapat dukungan Iran, sementara Iran di Irak lebih banyak memerangi ISIS daripada Tentara Irak sendiri.

“(Herzog dalam pidatonya) tidak memiliki pengetahuan sejarah (yang diperlukan). Yaman runtuh setelah Revolusi Musim Semi Arab, yang tak ada hubungannya sama sekali dengan Iran. Begitu pula setelah dimulainya serangan Houthi ke utara dan tengah Yaman. Iran sendiri mengimbau Houthi agar tidak terlibat konfrontasi besar-besaran dengan rezim baru yang didukung Saudi. Namun Saudi bersama UEA memulai perang besar yang berlangsung selama 8 tahun hingga kini. Perang ini (baru) memasuki jalur diplomasi pada tahun lalu”, tulis Haaretz.

“Sedangkan Irak di masa Saddam Hossein adalah sekutu AS, hingga kemudian di tahun 1990 menginvasi Kuwait. Irak selama satu dekade berada di bawah sanksi berat AS dan masyarakat internasional, yang berakhir pada Perang Teluk II di tahun 2003. Dari sinilah kehancuran Irak dimulai. Iran pun masuk ke Irak melalui pemerintahan baru yang dibentuk di bawah kendali AS dan menyediakan miliaran Dolar untuk mesin korupsi terbesar di dunia.”

Menurut Haaretz, tanpa listrik dan gas yang dijual Teheran kepada Baghdad, kondisi Irak akan sangat buruk. Selain itu, imbuhnya, milisi Syiah yang berafiliasi kepada Iran juga lebih aktif dan efektif dalam memerangi ISIS, setidaknya di tahap pertama, dibandingkan Tentara pecundang Irak yang dilatih oleh AS dan kabur dari medan perang.

Terkait Suriah, meski mengakui bahwa Damaskus disokong oleh Teheran, Haaretz menyatakan bahwa Suriah hancur bukan karena Iran, tapi karena Bashar Assad. Sehubungan dengan Lebanon, harian ini menyebut bahwa Iran telah menyokong Hizbullah sedemikian rupa, sehingga menjadikan organisasi ini sebagai satu-satunya kekuatan yang bisa melawan Israel dan menciptakan perimbangan prevensi.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *