Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Ini Bahasa Akal yang Mesti Digunakan PNA untuk Atasi Krisis Kepercayaan Rakyat Palestina

Ini Bahasa Akal yang Mesti Digunakan PNA untuk Atasi Krisis Kepercayaan Rakyat Palestina

POROS PERLAWANAN – Minggu yang telah berlalu di Tepi Barat tidak mirip sama sekali dengan minggu-minggu sebelumnya. Atmosfer dan jalanan Palestina telah berubah. Tampaknya perang saudara tengah menghampiri Palestina secara bertahap, yang tentu akan menambah derita penduduknya.

Dilansir al-Alam, jelas bahwa pembunuhan Nizar Banat telah memicu syok besar di seluruh Palestina, bahkan memengaruhi mereka yang tidak menyetujui pandangan-pandangannya. Sebab orang-orang Palestina tidak terbiasa menggunakan teror. Sepanjang sejarah perlawanan dan perang versus Israel, mereka tidak pernah menggunakan hal seperti ini.

Kami tidak akan menganalisis apa yang terjadi atas Nizar dan bagaimana ia tewas. Namun kita harus memerhatikan dampak kejadian ini atas penduduk Palestina, serta memahami guncangan yang terjadi di negeri itu akibat teror atas Nizar.

Nizar sangat tajam dan berani dalam mengkritisi Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) dan korupsi yang melandanya selama beberapa tahun terakhir. Dia juga mengkritik tajam pihak-pihak nonpemerintah. Namun karena oposisi selalu dilakukan terhadap pihak penguasa, kritik utama Nizar juga mengarah kepada PNA.

Bahasa kritis Nizar ibarat sengatan listrik yang disetrumkan kepada pasien sekarat untuk mengaktifkan detak jantungnya. Di pihak lain, ada bahasa aparat keamanan PNA yang berujung kepada krisis. Aparat keamanan ini menyikapi berbagai masalah sedemikian rupa, seolah mereka tidak punya kemampuan berpikir. Mereka menganggap tiap seruan lantang sebagai ancaman terhadap eksistensi kekuasaan.

Respons aparat keamanan pun sangat kejam, yang berdampak negatif atas instansi keamanan dan politik Palestina, karena sumber-sumber rujukan politik tidak mengkaji kejadian-kejadian ini secara cerdas, yang akhirnya memperparah krisis. Seharusnya alih-alih berdiam diri, perangkat politik mengakui kesalahan aparat keamanan dan mengadili mereka, serta berbicara dengan rakyat soal pembunuhan Nizar.

Sayangnya, bahasa akal sudah lenyap dari sistem politik Palestina. Cara aparat keamanan dalam menyikapi media juga telah memperburuk kondisi. Sikap ini praktis telah mengubah media menjadi penggerak tak langsung yang membuat rakyat menentang Pemerintah.

Saat ini, yang harus digunakan adalah bahasa akal. Jika tidak, Palestina akan menanggung kerugian yang amat besar.

PNA harus menyadari bahwa pertama, periode pasca-Nizar tidak sama seperti sebelumnya. Kedua, PNA kali ini harus berpikir untuk mengatasi problem dan tidak menantikannya dari pihak lain.

Sekarang ini, apa yang diperlukan untuk mengatasi krisis adalah seruan untuk mengadakan Pemilu legislatif, Pilpres, dan Dewan Nasional demi memulihkan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah. Tentu sebelum itu, PNA harus menemukan para pelaku teror Nizar dan menjatuhkan hukuman nyata, bukan sandiwara, atas mereka. Hal ini akan membuktikan kepada rakyat bahwa sistem peradilan bersikap netral dan sistem ini bisa membela kebenaran tanpa memihak Pemerintah dan sikapnya dalam masalah ini.

Inilah bahasa akal yang mesti digunakan PNA, jika ia ingin meredakan amarah publik, yang banyak pihak telah menyalahgunakannya dan mengubah identitasnya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *