Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Kamp Balata, ‘Jenin Lain’ di Kedalaman Tepi Barat

POROS PERLAWANAN – Dalam beberapa tahun terakhir, Tepi Barat sama sekali tidak mirip dengan Tepi Barat di tahun-tahun lalu, bahkan berbeda dengan era Intifada I dan II. Saat ini, kita menyaksikan banyaknya perlawanan bersenjata terhadap Israel, juga kemunculan berbagai faksi bersenjata dengan beragam nama.

Kamp Jenin mesti disebut sebagai pionir perlawanan bersenjata di Tepi Barat; kamp yang membuat gentar hati Militer Israel saat memasukinya. Brigade Jenin dengan merekrut para pemuda di kamp ini berperan penting dalam mengubah atmosfer Tepi Barat ke arah perlawanan bersenjata.

Dilansir Fars, bukan Brigade Jenin saja, namun ada banyak faksi-faksi bersenjata lain yang memulai aktivitas mereka dalam 2 tahun terakhir. Di antaranya adalah Arin al-Usud di sektor lama Nablus (independen), Brigade Ayyash di Jenin (berafiliasi kepada Hamas), Brigade Syuhada al-Aqsa di Jenin (berafiliasi kepada Fatah), Brigade Tulkaram di kamp Nur Shams (berafiliasi kepada Jihad Islam), dan Brigade Balata di kamp Balata di Nablus, yang merupakan cabang dari Brigade al-Quds sayap militer Jihad Islam.

Dengan membaca media-media Palestina dalam beberapa bulan terakhir, kita akan menyadari bahwa seiring dengan berita-berita perlawanan dari Jenin, kabar-kabar serupa juga datang dari Balata.

Berbagai aksi perlawanan di Balata, termasuk demo yang menentang koordinasi aparat keamanan PNA dengan Israel, telah mendorong Presiden PNA, Mahmoud Abbas menginstruksikan agar pasukan keamanan PNA hadir secara massif di kamp Balata.

Menurut seorang pejabat Palestina, Abbas meminta agar kamp Balata tidak menjadi seperti kamp Jenin sebagai pusat perlawanan bersenjata para pejuang.

Ia mengatakan bahwa dalam beberapa pekan terakhir, gesekan antara para pejuang dan pasukan keamanan PNA di utara Tepi Barat terus meningkat. Apalagi setelah PNA menangkap sejumlah anggota faksi Perlawanan di kamp Jenin dan sekitarnya.

Penangkapan-penangkapan inilah yang membuat Jihad Islam memboikot pertemuan para pemimpin Palestina, yang dihadiri Abbas dan diadakan di Kairo pada 31 Juli lalu. Jihad Islam menyatakan bahwa mereka bersedia hadir dengan syarat para pejuang Perlawanan dibebaskan.

Meluasnya aktivitas faksi-faksi Perlawanan, yang masing-masing hanya beranggotakan kurang dari 100 personel, telah mengubah keadaan sedemikian rupa, sehingga beberapa waktu lalu, para pemukim Zionis mengirim surat kepada para komandan Militer Israel dan mengeluh bahwa utara Tepi Barat telah menjadi “Gaza Kedua”.

Dalam wawancara dengan harian al-Wifaq beberapa waktu lalu, Sekjen Jihad Islam, Ziyad al-Nakhalah mengatakan bahwa instruksi Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei agar Tepi Barat dipersenjatai berperan besar dalam terwujudnya situasi saat ini. Ia berkata bahwa pasokan senjata di Tepi Barat dilakukan melalui penyelundupan atau bahkan membeli dari orang-orang Israel.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *