Loading

Ketik untuk mencari

Irak

Kedubes AS di Baghdad, Sarang Mata-Mata dan Pusat Konspirasi yang Keberadaannya Hinakan Irak

Kedubes AS di Baghdad, Sarang Mata-Mata dan Pusat Konspirasi yang Keberadaannya Hinakan Irak

POROS PERLAWANAN – Dilansir Fars, Redaktur Rai al-Youm, Abdel Bari Atwan dalam tulisannya menyinggung soal ancaman AS kepada Irak untuk menutup Kedubesnya di Baghdad. Menurut Atwan, ancaman Menlu AS Mike Pompeo ini adalah puncak penghinaan dan pelanggaran etika diplomatik.

“Pompeo bertindak seolah dia adalah Wakil Tinggi AS, sementara Presiden dan PM Irak adalah warga atau karyawan Pemerintah AS. Berdasarkan etika diplomatik, seharusnya seorang menteri menghubungi koleganya. Namun ketika seorang menteri mengancam presiden negara yang memiliki peradaban berusia 8.000 tahun, ini adalah sebuah penghinaan dan pelanggaran etika,” tulis Atwan.

Ia menegaskan, serangan roket ke Kedubes-kedubes asing, baik di Irak atau negara lain, bukan sesuatu yang pantas untuk disetujui.

“Tentu dengan syarat bahwa Kedubes itu menjaga etika diplomatik dan tidak mengintervensi urusan negara tuan rumah. Namun Kedubes AS telah berubah menjadi sarang mata-mata dan pusat konspirasi atas sebuah negara Arab Muslim, yang terus bergolak lantaran kerusuhan, korupsi, dan instabilitas yang disebabkan pendudukan AS.”

Atwan berpendapat, sebaiknya Pemerintah Irak menutup Kedubes AS saja, sebab keberadaannya di Irak, setelah semua invasi, agresi, dan blokade yang dilakukannya, adalah sebuah penghinaan.

Analis terkemuka Arab ini menilai, belum jelas apakah AS serius dengan ancamanya untuk menutup Kedubes dan memindahkan stafnya ke Konsulat AS di Arbil.

“Bukan mustahil bahwa ancaman ini adalah upaya pemerasan baru Pemerintah AS, juga rencana pemicuan konflik sektarian baru antara Syiah dan Sunni. Menyulut perpecahan di tengah Arab dan Muslim adalah bagian dari karakter Pemerintah AS,” tandasnya.

Atwan menegaskan, semua roket yang ditembakkan ke Zona Hijau tidak merusak Kedubes AS atau melukai seorang pun dari pegawainya. Namun drone AS yang terbang atas perintah Donald Trump telah membunuh Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis.

Ia bertanya, ”Bukankah kejahatan ini adalah pelanggaran terhadap etika dan hukum internasional, juga kedaulatan sebuah negara anggota PBB? Siapa yang bisa menjamin bahwa teror ini tidak didalangi Kedubes AS di Baghdad?”

“Poros Perlawanan Irak telah memaksa AS menarik pasukannya secara hina di tahun 2011. Di masa mendatang, AS juga akan dipaksa untuk mengeluarkan semua sisa pasukan, pangkalan, dan mata-matanya dari Irak,” pungkas Atwan.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *