Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Kemenlu AS ‘Ganti Pemain di Menit 90’, Mimpi Trump Taklukkan Iran Lewat Tekanan Maksimum Terbukti Kandas

Kemenlu AS 'Ganti Pemain di Menit 90', Mimpi Trump Taklukkan Iran Lewat Tekanan Maksimum Terbukti Kandas

POROS PERLAWANAN – Dengan pengunduran diri Brian Hook, kini tangan kanan Donald Trump dalam memaksakan sanksi atas Iran sudah terputus, tanpa melakukan sesuatu yang berarti.

Dilansir al-Alam, Hook adalah pemimpin geng sanksi Trump atas Iran, sekaligus ujung tombak lini serangnya atas Teheran, mulai dari keluarnya AS dari JCPOA pada 8 Mei 2018, hingga pengembalian sanksi atas Iran. Namun kini ia telah memisahkan diri dari gerombolan Trump dan berpaling ke aktivitas swasta.

Berdasarkan apa yang tersirat dari statemen para pejabat Iran, pengunduran diri Hook bagi Iran bukan hal penting, juga tidak mengejutkan. Di mata Republik Islam Iran, Hook murni seorang pemain di lapangan kebijakan-kebijakan AS; kebijakan-kebijakan yang, sejak berkuasanya Trump, dibangun atas fondasi sanksi terhadap rival-rival AS, mulai dari Iran dan Venezuela hingga Rusia dan China, bahkan terhadap sekutu Eropanya sendiri.

Saat mengumumkan pengunduran diri Hook, Menlu AS Mike Pompeo mengklaim “dia telah meraih hasil-hasil bersejarah di hadapan Iran.” Sebenarnya, Pompeo berusaha menutup-nutupi kegagalan Kemenlu AS di bawah kepemimpinannya untuk menjinakkan Iran. Pompeo mengabarkan, Hook akan diganti seorang Republik lain, yaitu Elliott Abrams.

Abrams adalah salah satu perancang invasi AS ke Irak tahun 2003. Dia adalah anggota lama Partai Republik. Baru-baru ini, dia gagal menjadi wakil Trump dalam menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

Pergantian seorang pecundang dengan pecundang lain ini terjadi hanya tiga bulan sebelum berlangsungnya Pilpres AS. Pergantian pemain dalam kondisi ini adalah indikator gamblang bahwa Washington tak lagi memiliki rencana alternatif untuk menghadapi Teheran.

Diserahkannya urusan Iran kepada perancang invasi militer AS ke Irak tidak berarti bahwa negara ini berniat menyerang Iran. Sebab, dengan banyak alasan, AS tahu ia tidak bisa menjalankan rencana serupa terhadap Iran.

Para komandan militer AS tahu benar perbedaan dua negara ini. Meski sebagian pihak berpendapat bahwa keidiotan Trump bisa saja menyulut invasi, namun para politisi dan panglima militer AS lebih mengetahui risikonya.

Sebab itu, tampaknya mustahil Washington akan melakukan kebodohan ini. Luka-luka yang diderita AS di pangkalan Ayn al-Asad masih belum pulih. Keputusan AS untuk mengurangi jumlah pasukannya di Irak dan menempatkan mereka hanya di beberapa titik tertentu, mengungkap kekhawatiran negara ini terhadap potensi serangan balasan terhadap pasukannya.

Pengunduran atau pergantian paksa di menit 90 ini adalah bukti kegagalan Kebijakan Tekanan Maksimum AS atas Iran. Awalnya, AS berniat mengubah pemerintahan Iran. Namun kini, dengan terpaksa, hanya cukup melakukan tekanan ekonomi.

Pengunduran diri Hook menunjukkan bahwa semua impian Trump untuk menggulingkan Pemerintah Iran telah pupus di hadapan strategi ketabahan dan kesabaran Iran.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *