Loading

Ketik untuk mencari

Iran Oseania & Asia

Kerja Sama Komprehensif Iran-China, Perkuat Kedua Negara Lawan Tekanan dan Sanksi AS

Kerja Sama Komprehensif Iran-China, Perkuat Kedua Negara Lawan Tekanan dan Sanksi AS

POROS PERLAWANAN – Dilansir Fars, harian Wall Street Journal (WSJ) memuat laporan tentang kesepakatan komprehensif antara Iran dan China. Menurut WSJ, Teheran dan Beijing berupaya membangun kerja sama luas strategis untuk mengurangi tekanan-tekanan ekonomi AS atas kedua negara. Kesepakatan ini juga akan membebaskan Teheran dari keterkucilan ekonomi akibat sanksi-sanksi Washington.

“Berdasarkan kesepakatan ini, yang mesti diloloskan oleh Parlemen Iran terlebih dahulu, Beijing akan mendapat keuntungan dari sumber-sumber minyak Iran, sementara Teheran mendapatkan profit dari investasi China,” tulis WSJ.

Mengutip dari bocoran nonresmi terkait kesepakatan ini, WSJ menyatakan bahwa kerja sama Iran-China akan memperkuat perlawanan kedua negara terhadap tekanan-tekanan AS.

Para analis Barat, tulis WSJ, menilai bahwa tujuan Teheran dan China dari kesepakatan ini adalah menunjukkan kedua negara masih memiliki alternatif-alternatif selain Barat, bahkan meskipun sebagian dari proyek-proyek itu tak jadi dilaksanakan.

Media-media Barat menurunkan berita tentang kesepakatan Iran dan China, padahal kedua belah pihak sendiri masih belum memublikasikan dokumen kesepakatan secara resmi, termasuk detail-detail kesepakatannya.

Harian New York Times dalam artikelnya hari Sabtu 11 Juli menyatakan, Program Kerja Sama 25 tahun Iran-China adalah langkah untuk melemahkan kebijakan-kebijakan anti-Iran yang diambil Pemerintah Donald Trump.

Mengutip dari statemen analis Bloomberg, harian Global Times menyatakan bahwa AS ingin menjadikan China sebagai “Iran Kedua,” terihat dari sanksi-sanksi yang diterapkan Washington atas Beijing.

“Demi menundukkan China, AS memberlakukan sanksi-sanksi atas negara ini. Ini persis seperti yang dilakukan Washington terhadap Teheran. Namun apakah kebijakan ini akan berhasil mengucilkan China?” tulis Global Times.

“Washington berusaha keras menyertakan para sekutunya dalam kampanye ini. AS berharap para sekutunya dan masyarakat internasional mendukung kebijakan ini. Namun negara-negara lain tidak begitu bodoh untuk mengikuti kebijakan AS. Contohnya, banyak sekutu AS yang menentang sanksi-sanksi Washington atas perusahaan China, Huawei.”

“China adalah salah satu dari sedikit negara untuk pertumbuhan investasi. Tidak sulit untuk dikatakan siapa pihak yang akan merugi jika kebijakan AS terus berlanjut. AS akan lebih terkucil dan sendirian dari sebelumnya,” pungkas Global Times.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *