Loading

Ketik untuk mencari

Afrika

Kudeta Niger: Dari Pengusiran Imperialis Lama hingga Persiapan AS Lancarkan Perang Proksi

Kudeta Niger: Dari Pengusiran Imperialis Lama hingga Persiapan AS Lancarkan Perang Proksi

POROS PERLAWANAN – Para komandan sebuah kelompok militer di Niger, yang menamakan diri “Dewan Nasional Pelindung Tanah Air”, melancarkan kudeta tanpa menembakkan sebutir pun peluru pada 26 Juli silam. Sehari berikutnya, Dewan ini mengumumkan kudeta mereka melalui televisi resmi Niger.

Diberitakan Fars, dalam kudeta ini Presiden Mohamed Bazoum ditahan di Istana Kepresidenan, semua perbatasan negara ditutup, Parlemen dan Pemerintahan dibubarkan, dan UUD dibekukan sementara lantaran “memburuknya kondisi keamanan dan krisis sosial-ekonomi”. Para pelaku kudeta pun lalu mengangkat Perdana Menteri baru.

Situs al-Mayadeen membahas kudeta ini dalam artikel bertajuk “Kudeta Niger, Pengusiran Imperialis Lama dan Persiapan Washington untuk Perang Proksi”.

Menurut al-Mayadeen, kudeta ini membuat syok sejumlah lembaga penentu keputusan di AS, yang sudah lama berspekulasi soal keinginan negara-negara Afrika untuk mengusir pasukan Prancis dari wilayah mereka.

Laporan ini menyatakan bahwa kudeta damai Niger mencapai puncaknya dengan diadakannya KTT Rusia-Afrika sehari kemudian di St. Petersbourg, yang dihadiri Vladimir Putin, para wakil Dewan Militer, dan sekitar 29 pemimpin Afrika, termasuk 17 Kepala Negara.

Al-Mayadeen menyatakan tidak ada yang percaya bahwa dua kejadian ini berhubungan langsung. Namun urgensinya terdapat dalam pesan-pesan yang ingin disampaikan para partisipan KTT kepada dunia; pesan bahwa Afrika tengah memasuki era baru untuk memberlakukan kedaulatannya, melindungi kekayaannya, dan mengusir imperialisme Prancis.

“Hal penting dalam perkembangan ini bagi kita adalah esensi dan evaluasi tanggapan AS terhadap kudeta para komandan militer ini, yang dinilai oleh media-media AS sebagai kudeta yang bermotifkan patriotisme dan nasionalisme. Yang penting sekarang mengetahui apa yang ada di benak AS, negara yang sepanjang sejarah mendalangi berbagai kudeta di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, termasuk yang terbaru adalah kudeta terhadap Perdana Menteri terpilih, Imran Khan di Pakistan.”

“Yang sudah pasti adalah AS secara resmi mengecam kudeta Niger. Para sekutunya, yaitu Britania dan Prancis, pun bersikap serupa. Mereka mendesak agar kondisi dikembalikan seperti semula. Mereka menuduh Rusia dan Grup Wagner bertanggung jawab atas penyusupan di Afrika guna menantang AS.”

Al-Mayadeen menulis, Washington tidak menyembunyikan niatnya untuk melakukan intervensi militer, mengembalikan Bazoum ke tampuk kekuasaan, dan meneken kesepakatan militer baru untuk melindungi kepentingan AS. Namun, ada sejumlah faktor yang menghalanginya, yang andai kata tidak ada, niscaya perang Irak dan Libya akan berulang di Niger.

Salah satu faktornya adalah sensitivitas masalah ini di dalam negeri AS akibat terbuangnya sumber daya AS dalam perang Ukraina tanpa adanya cakrawala yang jelas. Juga faktor bertambahnya kekerasan dan bunuh diri di tengah para serdadu AS yang kembali dari perang Afghanistan dan Irak, penyebaran pasukan militer AS di seluruh dunia untuk menghadapi China dan Rusia, serta upaya untuk merahasiakan kesiapan tempur pasukan AS dari mata media.

“Terkait kadar kesiapan, majalah Newsweek memberitakan kegagalan taktik-taktik perang AS di Ukraina, berdasarkan laporan-laporan internal Pentagon. Salah satu hal yang diungkap laporan-laporan itu adalah kebingungan para pemimpin strategis AS lantaran tidak adanya kemajuan signifikan di hadapan Rusia. Mungkin bisa dikatakan bahwa latihan-latihan perang AS tidak memberikan hasil yang diharapkan”, tulis a-Mayadeen.

Newsweek edisi 10 Agustus 2023 menulis, pasukan Ukraina telah mengabaikan taktik-taktik perang AS dan berpaling kepada taktik-taktik era Soviet yang telah mereka pelajari dengan baik.

“Kenapa kita menyaksikan kegagalan taktik-taktik tempur AS di Ukraina? Karena pertempuran nyata melawan Rusia tidak seperti film-film Hollywood”, tulis Newsweek.

Dengan adanya faktor-faktor ini, tulis al-Mayadeen, maka AS tidak punya cara selain perang proksi dan memberikan tugas meredam kudeta di Niger kepada komunitas ekonomi negara-negara barat Afrika yang disebut ECOWAS.

Setelah ECOWAS mengumumkan kesiapan untuk melakukan intervensi militer di Niger, Rusia pun segera menyatakan dukungan kepada para pemimpin baru Niger. Moskow memperingatkan soal intervensi militer di Niger kepada ECOWAS, karena itu akan berujung kepada sebuah perang lama dan merusak stabilitas di kawasan pesisir Afrika.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *