Mantan Agen CIA: Sistem THAAD Banyak Kelemahan, Takkan Mampu Bendung Serangan Rudal Iran
POROS PERLAWANAN– Dilansir Mehr, mantan agen CIA, Philip Giraldi di laman medsos X mengungkap keterbatasan-keterbatasan sistem pertahanan milik AS, THAAD. Seperti diketahui, AS telah mengirimkan sistem pertahanan udara ini ke Israel guna mengantisipasi serangan rudal Iran.
“Hanya ada 9 peluncur THAAD di seluruh dunia. Tiap peluncur memiliki 8 rudal. Artinya, jika Iran menembakkan 100 rudal, 84 persen dari rudal-rudal tersebut tidak akan tersentuh oleh THAAD. Bahkan meski diasumsikan bahwa 100 persen proyektil THAAD dari 2 baterai mengenai sasaran langsung,” tulis Gilardi.
“Pengisian kembali sistem THAAD juga rumit. Ada problem terkait pengadaan (rudal). Sepertinya Lockheed Martin (pembuat THAAD) hanya membuat 1.000 rudal untuk sistem ini. Ini berarti bahwa tidak ada banyak suku cadang di gudang-gudang Israel untuk dikirimkan ke medan perang.”
“Poin lain yang tidak boleh dilewatkan adalah harga tiap rudal mencapai 12,6 juta Dolar. Ini bukan amunisi yang berharga murah,” tegas Gilardi.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB telah mengadakan rapat darurat atas permintaan Teheran. Agenda rapat adalah membahas agresi terbaru Israel ke Iran.
Dalam rapat tersebut, Wakil Aljazair menyatakan,”Perdamaian nyata membutuhkan penerapan seluruh prinsip PBB dan hukum internasional.”
“Rezim Pendudukan Israel harus dihukum dan diadili atas perbuatan-perbuatannya.”
“Hari ini, kita menghadapi sebuah perang regional yang membawa dampak-dampak berbahaya di level global.”
Wakil Aljazair meminta dari semua anggota Dewan Keamanan untuk mengesahkan resolusi penghentian perang dan pemberlakuan gencatan senjata permanen di Gaza serta Lebanon.
Wakil Rusia mengungkapkan, AS telah memberikan bantuan intelijen kepada Israel saat menyerang Iran.
Ia menyatakan, tindakan AS ini adalah bentuk pelanggaran hukum internasional.