Loading

Ketik untuk mencari

Iran

Pembunuhan Jenderal Anti-Teror Qassem Soleimani Bukti Gamblang Terorisme AS

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, berbicara kepada Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA), Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian mengatakan tindakan terorisme AS dibuktikan dengan pembunuhan terhadap komandan senior anti-teror Iran, Letnan Jenderal Qassem Soleimani.

“Pembunuhan Martir Jenderal Soleimani, Jenderal Besar Perdamaian, oleh Amerika Serikat di tanah Irak, adalah salah satu contoh terorisme yang paling jelas,” kata Amir-Abdollahian selama pertemuan tatap muka dengan Abdulla Shahid pada Kamis di New York.

Sebuah komite hukum internasional telah dibentuk Republik Islam untuk mengejar pelaku kekejaman itu, dengan tujuan mengadili mereka yang melakukan dan memerintahkannya, tambahnya.

PBB, bagaimanapun, jelas memainkan peran penting dalam hal ini juga, Amir-Abdollahian menggarisbawahi.

Dia menyebut terorisme sebagai fenomena yang telah menimpa seluruh dunia, mencatat peran konstruktif Republik Islam dalam bekerja sama dengan negara-negara regional, dari Lebanon hingga Irak dan Afghanistan, dalam memeranginya.

Jenderal Soleimani, mantan Komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), berulang kali memberikan nasihat militer ke Irak dan Suriah dalam rangka melawan terorisme atas permintaan masing-masing negara Arab.

Bantuan tersebut membantu negara-negara itu mengalahkan kelompok teroris Takfiri ISIS pada akhir 2017. Sedangkan Amerika Serikat telah menggunakan kelompok itu sebagai alasan untuk memperpanjang invasinya ke negara-negara tersebut.

Awal tahun lalu, AS melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap Ibu Kota Irak, Baghdad, atas perintah mantan Presiden Amerika, Donald Trump yang menyebabkan kesyahidan Jenderal Soleimani dan Komandan senior kontra-terorisme Irak, Abu Mahdi al-Muhandis bersama rekan-rekan mereka.

IRGC membalas dengan menembakkan peluru kendali balistik ke dua pangkalan utama Irak yang menampung pasukan Amerika. Parlemen Irak juga memberikan suara bulat dalam mendukung undang-undang yang melarang kehadiran militer asing di tanah Irak.

Menteri Luar Negeri Iran melanjutkan dengan membahas bentuk-bentuk lain dari terorisme Amerika yang menargetkan Iran, menunjuk pada terorisme ekonomi yang telah dilancarkan Washington terhadap bangsa Iran melalui sanksi-sanksinya yang menindas.

AS mengembalikan sanksi pada 2018 setelah secara ilegal dan sepihak meninggalkan kesepakatan nuklir bersejarah 2015 dengan Republik Islam dan negara-negara dunia. Sejak itu, Washington juga berusaha memaksa negara-negara lain untuk berkomitmen pada langkah-langkah koersif dan menghentikan segala macam perdagangan dengan Iran.

Amir-Abdollahian mencatat bagaimana AS telah mengaitkan terorisme ekonomi dengan terorisme kesehatan dan farmasi juga, mengacu pada pencegahan ekspor obat-obatan yang sangat dibutuhkan Iran.

Hambatan AS berlanjut bahkan setelah pecahnya pandemi virus Corona pada akhir 2019. Washington juga secara keji memblokir transfer jenis obat-obatan vital ke Republik Islam, termasuk obat kanker dan obat yang diperlukan untuk menyembuhkan kondisi langka seperti penyakit lupus.

Oleh karena itu, diplomat top itu mendesak masyarakat internasional untuk menanggapi pendekatan permusuhan AS dengan tanggapan yang serius. Majelis Umum diharapkan untuk menentang unilateralisme dan pelanggaran hukum AS dengan memperkuat multilateralisme, tambahnya.

Mengakhiri sambutannya, Amir-Abdollahian mengucapkan selamat kepada Shahid atas pengangkatannya sebagai Presiden Majelis UMUM PBB, dan mengundangnya untuk melakukan perjalanan ke Teheran.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *