Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Pembunuhan Warga Kulit Hitam dan Muslim, Tanda Maraknya Rasisme di Prancis

Pembunuhan Warga Kulit Hitam dan Muslim, Tanda Maraknya Rasisme di Prancis

POROS PERLAWANAN – Dilansir al-Alam, baru-baru ini Polisi Prancis menembak mati seorang remaja 17 tahun berdarah Aljazair. Tanggapan Presiden Emmanuel Macron hanya sebatas pernyataan bahwa ia prihatin dengan kejadian ini.

Remaja berusia belasan tahun bernama Nael itu dibunuh tanpa alasan apa pun. Namun Polisi Prancis menjustifikasi pembunuhan itu dengan mengumumkan bahwa Nael tidak mengindahkan perintah polisi untuk berhenti.

Justifikasi ini sama saja dengan dalih yang lebih buruk dari kesalahan, sebab tidak berhentinya remaja itu tidak membenarkan penembakan dan pembunuhan yang dilakukan polisi. Apalagi situasi keamanan Prancis juga tidak berada dalam level buruk yang menjustifikasi tindakan tersebut.

Bisa dipastikan bahwa jika remaja itu berkulit putih, polisi tidak akan menembaknya, bahkan meski ia tidak mengindahkan perintah untuk berhenti, sebab cara polisi Prancis memperlakukan warga ditentukan oleh warna kulit.

Berdasarkan statistik media-media Prancis, polisi negara ini di rentang tahun 2020, 2021, dan 2022 telah membunuh 18 warga Prancis dalam situasi serupa. Sebagian besar mereka adalah warga kulit hitam atau berdarah Arab.

Tidak ada justifikasi sama sekali untuk kejahatan yang dilakukan polisi Prancis ini, selain praktik rasisme yang dijalankan Pemerintah negara ini terhadap Muslimin dan warga kulit berwarna. Selain untuk menutupi ketidakbecusan Paris di bidang ekonomi, sikap ini juga menjadikan sebagian orang sebagai tangga untuk meraih kekuasaan.

Jika kejahatan serupa terjadi di sebuah negara Arab atau Islam, terutama negara-negara yang menentang ketergantungan kepada Barat, apakah Barat akan menutup mulut? Ataukah Barat akan mengibarkan bendera HAM dan mengerahkan semua fasilitas lembaga-lembaga internasional untuk mengintimidasi negara itu dan membayar mahal kejahatannya, dengan menggunakan metode blokade, psy war, bahkan ancaman serangan militer?

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *