Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Perang Ekonomi, Sisi Lain Kejahatan Koalisi Saudi di Yaman

Perang Ekonomi, Sisi Lain Kejahatan Koalisi Saudi di Yaman

POROS PERLAWANAN – Selain melancarkan serangan militer selama enam tahun terakhir ke Yaman, Koalisi Saudi juga menggunakan perang ekonomi sebagai salah satu sarana untuk menekan Sanaa tiap kali mereka menderita kekalahan di lapangan.

Dilansir al-Alam, sejumlah tindakan seperti meningkatkan blokade, menghalangi pelaksanaan butir-butir kesepakatan ekonomi multi pihak, tidak menyelesaikan problem terkait mekanisme pembayaran gaji pegawai Pemerintah, dan turunnya nilai tukar mata uang Yaman di hadapan mata uang asing, adalah perwujudan perang ekonomi ini.

Di antara semua ini, yang paling buruk adalah penahanan kapal pembawa produk minyak, yang telah memicu krisis BBM pada pekan-pekan terakhir di Yaman. Akibat munculnya krisis ini, beberapa sektor penting, seperti kesehatan, transportasi, air, dan pertanian, terancam tidak bisa difungsikan. Pabrik dan fasilitas-fasilitas penting lain juga ditutup sehingga mengganggu keberlangsungan hidup warga Yaman.

Sumber-sumber resmi Yaman telah berulangkali memperingatkan dampak bencana kemanusiaan dan ekonomi dari habisnya persediaan BBM dan berlanjutnya penahanan kapal-kapal tanker tersebut.

Di sinilah banyak yang mengatakan bahwa kesabaran Pemerintah Yaman di Sanaa sudah habis. Sanaa selalu merilis statemen dan mengecam bungkamnya komunitas internasional dan PBB, termasuk wakilnya, yaitu Martin Griffiths. Griffiths dihujat lantaran bersikap pasif melihat “agresi besar-besaran atas bangsa Yaman dan blokade semena-mena yang bisa disebut sebagai kejahatan perang”.

Ketua Delegasi Perundingan Damai Yaman, Muhammad Abdussalam menyatakan bahwa blokade atas Yaman harus disikapi sebagai bentuk agresi. Sebab, blokade ini menargetkan ekonomi dan ketersediaan pangan di Yaman. Blokade ini juga membahayakan tiap keluarga dan mengancam nyawa rakyat Yaman dari berbagai lapisan.

Blokade ini juga mengancam stabilitas dan keamanan politik, sehingga bisa disebut sebagai kejahatan moral dan kemanusiaan. Sebab itu, tidak ada bedanya antara blokade dengan agresi militer, sehingga tak bisa didiamkan begitu saja.

Senada dengan Abdussalam, para petinggi Yaman lain juga menuntut perlawanan terhadap embargo dan berbagai dampaknya. Menteri Minyak Yaman, Ahmad Daris, beberapa waktu lalu mengumumkan, Angkatan Bersenjata Yaman telah diberi kewenangan untuk menjamin masuknya kapal tanker ke negara itu dan menyelamatkan nyawa rakyatnya.

Berdasarkan kewenangan ini, Tentara Yaman mesti melakukan tindakan preventif untuk memaksa Koalisi Saudi agar melepaskan kapal-kapal yang ditahannya.

Banyak pengamat menilai tindakan ini sebagai “solusi terakhir” untuk melawan blokade atas Yaman dan perang ekonomi yang dilancarkan Koalisi Agresor. Mereka yakin, Yaman memiliki kapasitas militer memadai untuk membuat perimbangan baru di hadapan embargo dan penahanan kapal tanker oleh pihak Koalisi.

Diambilnya langkah keras ini, secara terpaksa, oleh Sanaa, menunjukkan bahwa Kawasan di ambang konflik militer besar. Jika agresi dan kebungkaman masyarakat internasional masih berlanjut, maka kita akan menyaksikan meningkatnya konfrontasi militer.

Sanaa menegaskan, pihaknya telah berkali-kali mengajukan berbagai tawaran perdamaian dan gencatan senjata. Namun Koalisi Saudi dan komunitas internasional tidak menunjukkan tanggapan positif terhadap semua tawaran itu.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *