Loading

Ketik untuk mencari

Amerika Irak

Pernyataan Absurd Mantan Menlu AS: Serangan ke Irak Dilandasi Dusta, Tapi Bukan Kejahatan

Pernyataan Absurd Mantan Menlu AS: Serangan ke Irak Dilandasi Dusta, Tapi Bukan Kejahatan

POROS PERLAWANAN – Menlu AS di Pemerintahan Barack Obama, John Kerry dalam sebuah wawancara enggan menyebut serangan AS ke Irak di tahun 2003 sebagai “invasi dan kejahatan”.

Dilaporkan Fars, Kerry dalam wawancara dengan kanal Prancis LCI menuding bahwa serangan Rusia ke Ukraina adalah “invasi militer”. Namun ketika presenter mengingatkan Kerry soal serangan AS ke Irak, dia berusaha berkelit untuk memberi penjelasan.

Kerry mengeklaim bahwa perang di Ukraina saat ini berbeda jauh dengan serangan AS ke Irak. Namun ia mengakui bahwa serangan ke Irak didasari sebuah kebohongan.

Menanggapi presenter LCI yang menyebut serangan AS ke Irak sebagai agresi militer, Kerry berkata, ”Tidak, itu bukan sebuah agresi, sebab tidak pernah ada tuduhan langsung terhadap Presiden (George W.) Bush.”

Saat ditanya presenter LCI apakah perang Irak adalah sebuah kejahatan invasi, Kerry menjawab, ”Itu tidak bisa disebut kejahatan. Tentu ada penyalahgunaan yang dilakukan selama perang. Namun saya sendiri bicara dan mengkritik penyalahgunaan itu.”

“Di masa itu, kita tidak tahu bahwa serangan ke Irak dilandasi dusta. Orang-orang juga tidak tahu bahwa bukti yang dipublikasikan itu bohong. Saya sudah banyak bicara soal ini dan tidak ingin berdebat tentangnya,” imbuh Kerry.

Serangan AS ke Irak pada 19 Maret 2003 dilakukan setelah Pemerintahan Bush menyatakan tentang keberadaan senjata pemusnah massal di negara tersebut; pernyataan yang tidak pernah terbukti kebenarannya.

Klaim Kerry bahwa serangan AS ke Irak tidak bisa disebut kejahatan juga berlawanan dengan fakta, sebab hingga hari ini, rakyat Irak masih berkutat dengan dampak invasi tersebut, baik dari aspek
sosial, ekonomi, keamanan, dan lingkungan hidup.

Sebagai contoh, Kepala Unit Perlindungan Lingkungan Hidup, Kimia, dan Radiasi Militer Rusia, Igor Killirov pada Maret lalu menyatakan bahwa AS dalam invasi ke Irak menggunakan sedikitnya 300 ton uranium yang dilemahkan.

Menurut Killirov, AS di masa itu menggunakan uranium secara luas saat menggempur kota-kota seperti Baghdad, Karbala, dan Bashrah.

Para aktivis Irak mengatakan bahwa digunakannya peluru-peluru uranium yang dilemahkan telah membuat kondisi radiasi di kota Falluja lebih buruk daripada Hiroshima dan Nagasaki. Kota ini bahkan dijuluki sebagai Chernobyl II.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *