Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Pimpinan Gereja di al-Quds Sebut Pemukim Ekstremis Israel Ancam Eksistensi Umat Kristen di Wilayahnya

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Patriark Ortodoks Yunani dari al-Quds mengatakan bahwa kelompok-kelompok ekstremis Israel mengancam kehadiran orang-orang Kristen di kota suci itu ketika rezim Tel Aviv terus menyerang tempat-tempat ibadah.

Dalam sebuah kolom di Times of London pada Sabtu 8 Januari, Theophilos III mengatakan bahwa dia yakin tujuan dari pemukim ekstremis Israel adalah untuk mengusir komunitas Kristen dari Kota Tua al-Quds, yang merupakan situs suci bagi penganut Yudaisme, Kristen dan Islam.

“Kehadiran kami” di al-Quds “di bawah ancaman”, tulis sang Patriark dalam artikel tersebut, menambahkan, “Gereja kami diancam oleh kelompok pinggiran radikal Israel.”

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa komunitas Kristen di al-Quds sangat menderita “di tangan para ekstremis Zionis ini”.

“Saudara-saudara kita adalah korban kejahatan kebencian. Gereja-gereja kami secara rutin dinodai dan dirusak. Pendeta kami sering mengalami intimidasi,” kata Theophilos.

Dia lebih lanjut meminta al-Quds untuk tetap menjadi “komunitas mosaik” yang beragam dari Yudaisme, Kristen dan Islam.

Kembali pada bulan Desember, para Patriark dan Kepala Gereja di al-Quds mengatakan bahwa kelompok ekstremis Yahudi berusaha mengusir orang Kristen dari kota suci, dengan alasan bahwa pihak berwenang Israel telah gagal untuk mengekang serangan terhadap anggota komunitas agama dan penodaan situs mereka.

Para pemimpin gereja mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rezim Tel Aviv menunjukkan bias terhadap orang Kristen dan apatis tentang serangan terhadap tempat-tempat suci dan pendeta Kristen.

Para pemimpin gereja menyoroti bahwa sejak 2012, telah terjadi “banyak insiden serangan fisik dan verbal terhadap para imam dan pendeta lainnya, serangan terhadap gereja-gereja Kristen, dengan tempat-tempat suci secara teratur dirusak dan dinodai, dan intimidasi berkelanjutan terhadap orang-orang Kristen lokal yang hanya berusaha untuk beribadah dan menjalani kehidupan sehari-hari mereka dengan bebas”.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *