Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Proyek Normalisasi dengan Israel Terancam Mandek, Ini 7 Alasannya

Proyek Normalisasi dengan Israel Terancam Mandek, Ini 7 Alasannya

POROS PERLAWANAN – Harian transregional Rai al-Youm pada Minggu 11 Juli memuat laporan tentang Kesepakatan Abraham; kesepakatan yang digagas mantan Presiden AS, Donald Trump dan menantunya Jared Kushner pada akhir tahun 2020 dengan meluncurkan propaganda media besar-besaran.

Dilansir al-Alam, Rai al-Youm menyebut bahwa setelah berlalu kurang dari setahun, proyek itu di ambang kegagalan dan mulai kehilangan tenaganya.

Menurut Rai al-Youm, ada 7 faktor utama yang membuat mandek proyek normalisasi hubungan dengan Israel ini, yaitu:

Pertama, Kas Abraham, yang dibuat oleh Trump dengan investasi AS dan UEA demi memenuhi biaya proyek normalisasi, kini dikabarkan telah ditutup, seperti yang diberitakan situs ekonomi Israel, Globes, dan sumber-sumber AS.

Kedua, menjelang lawatan Sultan Oman ke Riyadh, Menlu Oman Badr bin Hamad dalam wawancara dengan harian Saudi al-Shargh al-Awsat menyatakan, Oman “tidak akan menjadi negara Teluk Persia ketiga yang akan menormalisasi hubungan dengan Israel”. Bin Hamad menegaskan bahwa Muscat tetap berkomitmen kepada resolusi-resolusi internasional dan solusi Dua Negara.

Ketiga, Pemerintahan Joe Biden telah melupakan banyak janji dan kebijakan AS sebelum ini terhadap Maroko dan Sudan, yang terkait dengan pengakuan kedaulatan Maroko atas Sahara Barat dan paket investasi besar di Sudan.

Keempat, lembaga-lembaga masyarakat di negara-negara pelaku normalisasi secara luas menentang proyek ini.

Pada hakikatnya, kesepakatan normalisasi diteken lantaran tekanan AS dan iming-iming finansial-politik Washington, seperti dihapusnya Sudan dari daftar negara pendukung terorisme.

Namun di Sudan ada banyak demo yang menentang normalisasi. Dubes Israel untuk Maroko juga masih menetap di hotel, sebab tak ada orang di negara itu yang bersedia menyewakan propertinya untuk ditinggali Dubes Israel atau diubah menjadi Kedubes Rezim Zionis.

Kelima, Sudan dan Bahrain telah mengesahkan resolusi Dewan HAM PBB. Resolusi ini menuntut investigasi internasional terkait kejahatan perang Israel dalam agresi terbarunya ke Gaza. Langkah Khartoum dan Manama ini mencengangkan dan membuat syok forum-forum Zionis.

Keenam, hubungan Saudi dan UEA sebagai negara pendukung perdamaian dengan Israel telah memburuk. Koalisi kedua negara ini di Yaman dan melawan Qatar juga sudah bubar. Bahrain terjebak di antara keduanya dan tidak tahu apa sikap yang harus diambilnya.

Ketujuh, Biden memutuskan untuk mengeluarkan semua serdadunya dari Afghanistan, juga menarik 8 sistem pertahanan Patriot dan THAAD dari 4 negara Arab, yaitu Saudi, Yordania, Kuwait, dan Irak. AS telah memindahkan pasukan darat dan peralatan-peralatan beratnya dari Qatar ke Yordania. Hal ini dilakukan agar AS lebih fokus ke timur Asia guna menghadapi kekuatan China.

Di akhir tulisannya, Rai al-Youm menambahkan, ”Kesepakatan Abraham adalah buah pahit dari apa yang disebut dengan Kesepakatan Abad Ini, yang sayangnya telah menjebak sebagian negara Arab dalam perangkap dusta Trump dan Netanyahu.”

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *