Qatar: Pernyataan Borrell Tanda Rasisme dan Dekadensi Moral Barat
POROS PERLAWANAN – Mendagri Qatar, Hamad bin Abdulaziz al-Kawari menanggapi pernyataan Staf Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell. Menurut al-Kawari, itu adalah “pernyataan rasis”.
Borrell pada Kamis pekan lalu berpidato dalam seremoni pembukaan Pusat Akademi Diplomasi Eropa di kota Bruge, Belgia. Dalam pidato tersebut, ia mengatakan, ”Eropa adalah sebuah taman. Semua kita yang membuat taman ini… Taman ini memiliki gabungan terbaik kebebasan politik, cakrawala ekonomi, dan kekompakan sosial. Sementara bagian-bagian dunia lain bukanlah taman, dan sebagian besar adalah rimba. (Penghuni) rimba mungkin saja akan menyerang taman.”
Dikutip Fars dari Russia Today, Mendagri Qatar dalam cuitannya menulis, ”Pernyataan Josep Borrell menunjukkan rasisme, tiadanya keseimbangan, serta dekadensi budaya dan moral”.
“Barat tidak memiliki para pemimpin yang mampu mengambil keputusan berani; keputusan-keputusan yang selaras dengan kapasitas dan realita Barat setelah berakhirnya eksploitasi imperialis Barat atas dunia selatan. Barat akan menuju ke mana? Ke manakah dunia akan dibawanya?”
Sebelum Qatar, Kemenlu UEA pada Senin malam juga mendeskripsikan statemen Borrell sebagai “pernyataan rasis”.
Selain mengecam, Kemenlu UEA juga memanggil Dubes Uni Eropa di Abu Dhabi untuk menyampaikan nota protes kepadanya.
Kantor berita UEA, WAM, melaporkan bahwa Kemenlu negara ini menyebut statemen semacam ini “rasis dan tidak pada tempatnya”. Kemenlu UEA menegaskan, ”Statemen rasis Borrell tidak bisa diterima. Statemen ini memperburuk kondisi diskriminasi di dunia.”
Staf Departemen Urusan Eropa di Kemenlu UEA, Muhammad al-Shahhi memanggil Wakil Uni Eropa dan menyerahkan surat resmi kepadanya.
Al-Shahhi juga mendesak kantor Borrell untuk memberi penjelasan tentang “statemennya yang diskriminatif dan destruktif”.
“Statemen Borrell adalah sebuah perkembangan yang membuat putus asa, yang disampaikan di saat semua pihak (di dunia) mengetahui pentingnya penghormatan terhadap agama lain, budaya, kelompok suku, juga norma-norma seperti kerukunan, hidup akur, dan sikap lapang dada,” demikian disebutkan dalam statemen Kemenlu UEA.
