Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Saat Normalisasi Makin Tipiskan Sekat Wilayah Perairan Iran dan Israel

Saat Normalisasi Makin Tipiskan Sekat Wilayah Perairan Iran dan Israel

POROS PERLAWANAN – Dilansir al-Alam, saat kesepakatan normalisasi UEA dan Bahrain dengan Israel diresmikan pada Selasa malam 15 September lalu, Donald Trump mengumumkan ada 5-6 negara yang mengantre untuk melakukan hal serupa.

Dengan diresmikannya kesepakatan ini, kini Iran dan Rezim Zionis hanya dipisahkan oleh “sedikit air” saja. Ini berarti bahwa setelah ini, akan ada lebih banyak ketidakamanan yang dipicu Israel di Teluk Persia, terutama dari jalur perairan. Tiada keraguan bahwa tanggung jawab atas ketidakamanan ini ada di pundak negara-negara yang telah atau akan menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv.

Dubes Sudan dan Oman juga hadir di acara peresmian normalisasi. Keberadaan mereka memperkuat spekulasi bahwa kedua negara akan bergabung dengan UEA dan Bahrain.

Sejumlah media juga mengabarkan pembicaraan pejabat AS dengan pejabat Mesir untuk mengakhiri blokade Kairo, Riyadh, Manama, dan Abu Dhabi atas Doha, jika Qatar bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel. Sementara di Kuwait, isu soal suksesi juga bisa menjadi lahan yang sesuai untuk memfinalisasi hubungan negara ini dengan Rezim Zionis.

Meski tampaknya omongan Trump soal antrenya 5-6 negara untuk menjalin normalisasi dengan Israel tak lebih dari “bualan politik,” namun ini bukan hal yang mustahil terjadi. Sebab, sejumlah negara hanya menantikan lampu hijau resmi dari Saudi.

Lampu hijau ini sendiri sebenarnya sudah dinyalakan sebelum ini, yaitu saat lawatan Muhammad bin Salman ke AS dan Eropa pasca pembunuhan Jamal Khashoggi serta wawancara-wawancaranya dengan media Barat.

Dalam lawatan ini, Bin Salman telah memenuhi kocek Trump dengan milyaran dolar untuk belanja senjata, dengan niat mendapat dukungannya dalam kasus Khashoggi.

Dalam wawancara televisi, Putra Mahkota Saudi juga menyatakan berhak “memiliki Tanah Air sendiri”.

Dalam beberapa dekade lalu, AS hadir di Timur Tengah demi 3 tujuan, yaitu “mewujudkan demokrasi, memperoleh minyak, dan melindungi Israel”. Namun Pemerintahan Trump telah berpamitan dengan 2 tujuan pertama, dan yang tersisa adalah tujuan ketiga. Kini, dengan diresmikannya normalisasi, Trump bisa menyerahkan tugas perlindungan Israel kepada para antek Arab-nya di Kawasan.

Tak butuh waktu lama bahwa penguasa UEA dan Bahrain akan menyesali kepercayaan mereka kepada Israel. Namun hingga waktu itu tiba, bangsa-bangsa di Kawasan tak akan membiarkan para penguasa pengkhianat ini tidur nyenyak begitu saja. Respons bersama Syiah dan Sunni Bahrain terhadap normalisasi Manama-Tel Aviv hanyalah sebagian kecil dari perlawanan yang akan muncul.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *