Telisik Benang Merah Penarikan Perangkat Pertahanan Patriot dari Saudi dan Rencana AS-Israel Caplok Tepi Barat
POROS PERLAWANAN – Dilansir al-Alam, usai Washington Post memberitakan keputusan AS untuk mengeluarkan 4 unit sistem pertahanan rudal Patriotnya dari Saudi, Mike Pompeo hanya berkomentar bahwa “Saudi tak perlu mengkhawatirkan Iran.”
Ada beberapa analisis terkait langkah AS ini.
Dengan mencermati sejumlah analisis tersebut, bisa disimpulkan bahwa pola pandang semacam ini terkait penarikan Patriot adalah keliru atau tidak mencakup keseluruhan realita.
Sebagian berpendapat, langkah AS ini adalah sebagai “hukuman” atas manuver Saudi di pasar minyak dunia. Padahal, Muhammad bin Salman telah mematuhi instruksi AS sepenuhnya, minimal dalam keputusan-keputusan terbarunya terkait OPEC Plus. Riyadh di tahap terakhir telah bersedia untuk menjalankan keinginan Washington.
Ada pula yang menilai tindakan AS ini dipengaruhi “sinyal-sinyal misterius” yang dikirim Saudi ke Partai Demokrat. Menurut mereka, Saudi berusaha menggunakan minyak sebagai alat untuk menekan Trump, sembari mencari simpati orang-orang Demokrat.
Padahal, baik Bin Salman atau ayahnya tak pernah memiliki keberanian semacam ini. Ketergantungan “Takhta Dua Pekan” mereka kepada Trump terlalu besar, sehingga mustahil mereka bernyali untuk melawannya.
Sekelompok orang lain meyakini, AS menarik sistem pertahanan Patriotnya lantaran ancaman-ancaman Ansharullah atas Saudi sudah tidak seserius dahulu. Padahal, tak pernah ada tanda dari kubu Ansharullah bahwa mereka akan menurunkan level ancaman pembalasan atas agresi Saudi ke Yaman.
Selain itu, keberadaan Patriot di Saudi praktis tak mampu membendung serangan-serangan balasan Yaman yang mengakibatkan kerugian besar bagi Riyadh.
Orang-orang lain berpijak pada ucapan Pompeo bahwa “bahaya Iran atas Saudi sudah berkurang.” Mereka menilainya sebagai “kesuksesan” proyek sanksi-sanksi AS atas Iran. Padahal, baik AS maupun Saudi tahu benar bahwa Teheran tak pernah menjadi ancaman bagi Riyadh. Selain itu, sanksi-sanksi atas Iran juga gagal memberikan hasil yang diharapkan Trump.
Dengan melihat apa yang disebutkan di atas, ada sebuah analisis yang tak bisa diabaikan.
Dengan menarik keluar Patriot dari Saudi, Trump berniat untuk memperoleh jaminan bahwa “Saudi dan para sekutu regionalnya tak akan menentang aneksasi Tepi Barat.”
Seperti yang diumumkan para petinggi Israel dan AS sendiri, aneksasi Tepi Barat akan diwujudkan dalam dua bulan mendatang. AS merasa perlu memiliki alat untuk menekan para sekutunya di Teluk, sebab ada tanda-tanda bahwa sebagian sekutunya menunjukkan “keberatan” atas rencana aneksasi.
Salah satunya ditunjukkan Menlu UEA Abdullah bin Zayed. Pada hari Minggu 10 Mei kemarin, Bin Zayed menyatakan bahwa aneksasi akan menghalangi terwujudnya perdamaian.
Bin Zayed juga menepis klaim Netanyahu bahwa negara-negara Arab telah menyetujui aneksasi. Dia menyatakan, statemen semacam ini adalah pengabaian terhadap kenyataan dan realitas sikap Arab.
Biasanya, tiap keinginan Trump dari “sapi-sapi perahnya” diperpanjang atau diperbarui dengan permintaan baru. Artinya bahwa siasat Iranofobia yang dijalankan AS cukup efektif, setidaknya di kalangan Saudi dan para sekutu regionalnya.
Tampaknya, kompetisi normalisasi hubungan negara-negara Arab masih belum berakhir. Para peserta kompetisi ini tidak punya cara lain kecuali harus mengikutinya hingga garis finish.