Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Terang-terangan Abaikan Nasib Palestina, Menlu UEA Akui Menyesal ‘Terlambat Normalisasi Hubungan dengan Israel’

Terang-terangan Abaikan Nasib Palestina, Menlu UEA Akui Menyesal ‘Terlambat Normalisasi Hubungan dengan Israel’

POROS PERLAWANAN – Menlu UEA, Abdullah bin Zayed menyebut pertemuan di Negev dengan AS dan Israel sebagai hal penting.

Selain Bin Zayed, pertemuan itu juga dihadiri para Menlu negara-negara Mesir, Maroko, dan Bahrain.

“Kami menegaskan urgensi historis pertemuan di Negev. Kami menyesalkan tahun-tahun yang berlalu tanpa perdamaian (dengan Israel)… Sudah tiba saatnya kita membuat masa depan berbeda dan bekerja sama untuk menumpas kekerasan serta terorisme,” ujar Bin Zayed, dilansir Fars.

Menlu Bahrain, Abdullatif al-Zayani mengungkit operasi berani syahid di Hadera pada Minggu lalu. Dia berkata, Bahrain mengecam insiden di Israel dan menegaskan penentangannya terhadap segala bentuk terorisme.

“Kerja sama dan penghormatan timbal balik diperlukan untuk mewujudkan atmosfer solidaritas demi terbentuknya keamanan dan kemajuan bersama. Kami menghendaki terbentuknya pemerintahan permanen untuk rakyat Palestina,” ujarnya.

Al-Jazeera melaporkan, Menlu Mesir Sameh Shoukry menyinggung perkembangan konstruktif normalisasi hubungan dengan Rezim Zionis dan perubahan dalam konsep perwujudan keamanan serta stabilitas di Kawasan.

“Kami mengecam penggunaan kekerasan dan terorisme. Keamanan dan stabilitas di Kawasan harus dijamin,” kata Shoukry.

Ia menambahkan, Kairo berminat memperluas bidang kerja sama dengan Tel Aviv.

Senada dengan para koleganya, Menlu Maroko Nasser Bourita mengecam operasi di Hadera. Ia menyatakan, kehadiran mereka di Negev adalah “respons terbaik untuk serangan teroris ini. Kami berada di sini, karena kami meyakini perdamaian yang dibangun di atas nilai dan kepentingan bersama”.

Di lain pihak, seorang petinggi Jihad Islam, Dawud Shahab mengutuk pertemuan di Negev dan menyebutnya sebagai salah satu simbol kompromi dan kerja sama yang menguntungkan Israel, dan di lain pihak, membahayakan bangsa dan negeri Palestina.

“Bangsa-bangsa Arab berhak mengajukan pertanyaan ini: apakah para Menlu Arab sudah begitu parah mengabaikan esensi konflik di Negev, sehingga mereka berpartisipasi dalam pertemuan yang diinisiasi Rezim Penjajah di kawasan Negev, yang tengah diyahudisasi dan warganya diusir?” kata Shahab dalam wawancara dengan PalToday.

Ia menegaskan, pertemuan ini adalah bentuk dukungan untuk Rezim Zionis. Padahal PBB secara gamblang menyatakan bahwa Israel tengah melakukan kejahatan genosida dan diskriminasi.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *