Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Tikaman Belati AS ke Punggung para Sekutu Eropanya

Tikaman Belati AS ke Punggung para Sekutu Eropanya

POROS PERLAWANAN – Kekuatan rival-rival regional dan internasional AS, seperti Rusia, China, dan Iran, terus menanjak. Hal ini memudarkan kekuatan militer, ekonomi, dan politik AS di level internasional. Namun tampaknya Paman Sam enggan mengakuinya.

Dilansir al-Alam, AS terlihat kebingungan dalam mengambil kebijakan-kebijakan politiknya. Kebijakan-kebijakan ini bukan hanya tidak menutupi kelemahannya, tapi justru membeberkannya.

Salah satu penyebab kondisi ini adalah keengganan AS untuk mengakui realita baru internasional, juga kegagalannya untuk mempertahankan situasi yang sebenarnya sudah tidak ada. Selain itu, AS juga masih ngotot untuk memimpin dunia, di saat ia tidak memiliki kompetensi untuk itu.

Salah satu kebijakan yang bahkan membuat AS kehilangan sekutu-sekutu Eropa-nya, adalah tekanan terhadap Australia untuk membatalkan kesepakatan senilai 40 miliar dolar untuk membeli kapal selam buatan Prancis. Kesepakatan itu diganti dengan kesepakatan bersama AS dan Inggris.

Hal ini tak pelak membuat Prancis marah besar, sehingga Paris memanggil para Dubesnya dari Washington dan Canberra. Paris menyebut tindakan Washington ini sebagai “pengkhianatan dan penikaman belati dari belakang”.

Tikaman kedua dilakukan pada Rabu pekan lalu, yaitu ketika Presiden AS Joe Biden, PM Inggris Boris Johnson, dan PM Australia Scott Morrison merilis statemen bersama dan mengumumkan pakta pertahanan dan keamanan baru yang disebut AUKUS.

Dengan ditekennya pakta ini, Australia pun membatalkan kesepakatan untuk membuat kapal selam rancangan Prancis. Hal ini pun kontan memicu reaksi keras Paris.

Para pengamat berpendapat, Washington sadar tidak mampu lagi menghadapi kekuatan-kekuatan besar regional-internasional yang menentang tatanan kutub tunggal. Washington juga paham bahwa Eropa tak lagi memercayainya seperti dahulu. Sebab itu, AS berpaling kepada Australia dan menghasutnya untuk mengabaikan Prancis. Ada kemungkinan AS akan melakukan hal serupa terhadap Selandia Baru, guna membentuk aliansi melawan “bahaya bersama China”.

Tampaknya akar krisis hubungan antara Prancis dan Uni Eropa dari satu sisi, dan AS, Inggris, serta Australia dari sisi lain, jauh lebih dalam daripada sekadar hasutan Washington dan London kepada Canberra untuk mengabaikan Paris. Sebab, AS sudah tidak lagi memercayai NATO dan para sekutu Eropa-nya, serta berusaha membuat aliansi baru di kawasan Indo-Pasifik.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *