Loading

Ketik untuk mencari

Asia Barat

UEA Tangkapi para Penentang Normalisasi Abu Dhabi-Tel Aviv

UEA Tangkapi para Penentang Normalisasi Abu Dhabi-Tel Aviv

POROS PERLAWANAN – Media-media UEA pada hari Selasa 18 Agustus mengabarkan, sebanyak 7 orang ditangkap aparat keamanan UEA atas tuduhan menentang normalisasi hubungan dengan Rezim Zionis.

Dikutip al-Alam dari UNews, aparat keamanan UEA menahan dua warga Yordania, dua warga Palestina, dua warga UEA, dan seorang lain yang kewarganegaraannya belum diketahui.

Al-Alam juga mengabarkan, seorang wanita asal Palestina mengundurkan diri dari kantor kepolisian UEA. Rana Ibrahim Katiba menyatakan, pengunduran dirinya sebagai bentuk protes atas normalisasi Abu Dhabi-Tel Aviv.

Dalam surat pengunduran dirinya, Katiba menegaskan keyakinan kuatnya terhadap Tanah Air, kebangsaan Palestina, dan HAM. Sebab itu, ia menolak tegas segala bentuk kerja sama dengan Rezim Zionis.

Dia meminta kepada para pejabat UEA untuk menghapus visa tinggalnya dengan cara apa pun yang dianggap sesuai.

Katibah juga menegaskan akan membatalkan kartu identitas UEA dan lencana polisinya.

Di pihak lain, sejumlah tokoh politik, akademisi, dan aktivis UEA dalam statemennya menyatakan, kebungkaman rakyat UEA tidak berarti bahwa mereka menerima dan mengakui kesepakatan Abu Dhabi-Tel Aviv.

Stasiun televisi al-Mayadeen melaporkan, para tokoh ini menyebut bahwa kesepakatan tersebut mengabaikan isu Palestina dan berlawanan dengan UUD negara tersebut. Sebab, UUD UEA menegaskan bahwa kebijakan luar negerinya adalah mendukung isu dan kepentingan Arab-Islam. Normalisasi ini juga disebut telah melanggar UU Federal terkait boikot atas Israel.

Para penandatangan statemen ini menegaskan, ”Kami mewakili bangsa UEA mengutarakan penentangan tegas terhadap kesepakatan dengan Zionis. Kami mengumumkan bahwa kesepakatan ini tidak mencerminkan sikap bangsa UEA.”

Dalam statemen ini juga disebutkan, klaim media-media UEA bahwa normalisasi ini akan membuat kaum Muslim lebih leluasa melakukan salat di Masjid Aqsa, tidak lebih dari propaganda kosong.

Para tokoh ini menandaskan, diamnya rakyat UEA tidak menunjukkan persetujuan mereka atas normalisasi. Sebab, di UEA tidak ada hak kebebasan berpendapat. Siapa pun yang menentang kebijakan Pemerintah, pasti akan menghadapi tindak represif, penahanan, dan tuduhan yang dibuat-buat.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *