Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Untuk Apa Amerika Tempatkan Sistem Pertahanan Patriot di Irak?

Amerika Tempatkan Rudal Patriot di Irak

POROS PERLAWANAN – Beberapa media memberitakan Amerika telah menempatkan sistem pertahanan udara Patriot di pangkalan Ayn al-Asad dan Arbil. Dua sistem Patriot lain juga dikabarkan tengah dibawa dari Kuwait menuju Irak. Sejumlah sumber menilai, pergerakan yang terlihat di Irak akhir-akhir ini adalah pertanda munculnya konfrontasi baru di negara tersebut.

Meski penempatan pangkalan Amerika di Irak dengan Patriot terlihat sebagai hal baru, namun sebenarnya -tanpa harus mengutarakannya secara terbuka- Washington sudah menganggapnya sebagai hal mendesak, menyusul serangan rudal Iran ke Ayn al-Asad sebagai balasan atas teror terhadap petinggi IRGC, Letnan Jenderal Qassem Soleimani. Hal serupa juga terjadi di pangkalan-pangkalan Amerika lainnya seperti K1 dan al-Taji. Kendati dalam sebagian kasus, pelaku dan sumber serangan-serangan itu belum jelas.

Serangan-serangan semacam ini bukan hanya menunjukkan keringkihan Amerika dalam melindungi dirinya di Irak, tapi juga membuat Trump meyakini pepatah “satu desa makmur lebih baik dari sepuluh kota telantar.” Dengan demikian, ia mengosongkan sebagian pangkalan Amerika di Irak; pangkalan-pangkalan yang meski lebih mudah diakses, tapi tidak dilengkapi fasilitas memadai. Dia lalu memusatkan seluruh pasukan Amerika di kawasan yang lebih aman dan kuat.

Ada kemungkinan bahwa pandemi Corona juga memengaruhi kebijakan terbaru Amerika ini. Dalam arti bahwa Amerika menyadari, mencegah serangan lebih baik daripada menghadapinya.

Dengan melihat posisi geografis Ayn al-Asad (yang terletak di barat Irak dan dekat dengan perbatasan Suriah) dan al-Harir (yang terletak di Arbil dan dekat perbatasan Iran) serta penempatan Patriot di dua pangkalan itu, tampaknya Trump tak hanya memikirkan para penentang keberadaan Amerika di Irak, tapi dia juga berniat untuk mengawasi Poros Muqawamah lain, terutama Iran, Lebanon, dan Suriah.

Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah Amerika ini adalah terkait efektivitas sistem Patriot. Serangan nirawak Ansharullah ke Aramco pada September tahun lalu menunjukkan betapa Patriot sangat tidak efektif untuk membendung serangan rudal dan nirawak Yaman.

Konon ada 88 peluncur Patriot yang ditempatkan di Saudi. Namun kenyataannya, pada Jumat 27 Maret malam lalu, nirawak dan rudal Yaman dengan entengnya menembus wilayah Saudi hingga Riyadh dan provinsi-provinsi lainnya.

Jika volume pergerakan di pangkalan-pangkalan Amerika, terutama Ayn al-Asad, tampak begitu masif, itu bukanlah persiapan untuk melancarkan serangan, tapi hanya sekadar pemindahan pasukan untuk dipusatkan di tempat yang lebih aman.

Dimuatnya sebuah artikel di New York Times beberapa hari lalu, juga menguatnya spekulasi terkait dilancarkannya operasi militer Amerika di Irak, dalam beberapa sisi bisa menguntungkan Trump:
Pertama, spekulasi ini akan mengalihkan opini umum, terutama di dalam negeri Amerika, dari fakta bahwa saat ini Paman Sam adalah negara yang paling parah terpapar Corona, sekaligus negara yang paling lemah dalam mengatasinya.

Kedua, “meniup terompet perang” dalam pandangan Gedung Putih ibarat sebuah “serangan preventif” atau sejenis dengan “soft war.” Tujuannya adalah agar para penentang keberadaan Amerika di Irak membatalkan niat mereka untuk mengusir Amerika, sekaligus untuk memberitahu dunia bahwa Washington bersikeras ingin bertahan lama di Irak.

Amerika tak berniat keluar dari Irak, juga tidak ingin menyerah di hadapan proyek pengusirannya. Perang psikologis yang dilancarkan Amerika hari-hari ini hanya untuk mencegah kelompok Muqawamah dan rakyat Irak mengusir mereka.

Amerika sama sekali tidak ingin mengobarkan perang baru. Sebab di hari-hari ini, Trump terlalu sibuk untuk memikirkan hal selain pandemi Corona dan peti-peti mati yang bisa mengancam peluangnya di Pilpres AS mendatang.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *