Loading

Ketik untuk mencari

Eropa Oseania & Asia

Wallace: AS Protes Pengayaan Uranium Iran, tapi Dukung Kapal Selam Nuklir Australia

Wallace: AS Protes Pengayaan Uranium Iran, tapi Dukung Kapal Selam Nuklir Australia

POROS PERLAWANAN – Wakil Irlandia di Parlemen Eropa, Mick Wallace, melalui tweet-nya menyinggung proyek AS untuk menyediakan kapal selam nuklir bagi Australia. Ia pun mengkritik standar ganda Washington terkait isu nuklir Iran dan negara-negara sekutunya.

“AS tidak ingin Iran memperkaya uranium hingga lebih dari 3,27 persen. Namun AS tidak bermasalah dengan penyediaan kapal selam nuklir untuk Australia, padahal kapal selam itu menggunakan uranium setara bom nuklir. Bukankah ini pelanggaran Pakta Nonproliferasi Nuklir (NPT)? Atau apakah tatanan internasional disusun sesuai hukum AS dan para sekutunya?” cuit Wallace, sebagaimana diberitakan Fars.

Beberapa waktu lalu, para Kepala Negara AS, Inggris, dan Australia meneken kesepakatan untuk kerja sama di bidang diplomatik, keamanan, dan militer di seluruh kawasan Indo-Pasifik.

Mereka mengumumkan, program kapal selam nuklir Australia adalah proyek besar pertama kesepakatan ini. Atas dasar itu, Canberra pun membatalkan perjanjian senilai 90 miliar dolar dengan Paris untuk pembuatan kapal selam.

Ketua Dinas Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev memperingatkan kesepakatan tersebut adalah sebuah tindakan permusuhan terhadap Rusia dan China. Menurutnya, kesepakatan tiga negara itu pada akhirnya akan menciptakan sebuah blok militer baru, yang bertujuan memerangi Moskow dan Beijing.

Patrushev berpendapat, dengan adanya kesepakatan ini, AS dan Inggris akan menyerahkan ilmu pengembangan dan penggunaan kapal selam nuklir kepada Australia. Ini, kata Patrushev, adalah “ancaman bagi seluruh struktur keamanan Asia”.

Sebelum ini, para pejabat senior China juga berkali-kali memperingatkan soal kesepakatan tiga negara tersebut. Beijing menyebutnya sebagai faktor “penyebaran senjata nuklir” di Kawasan.

Selain China, sejumlah negara seperti Malaysia dan Indonesia juga memperingatkan dampak negatif kesepakatan itu atas keamanan regional.

Prancis, yang merasa dirugikan oleh kesepakatan itu, juga marah besar dan menyebutnya sebagai “tikaman belati dari belakang” yang dilakukan oleh para sekutunya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *