Loading

Ketik untuk mencari

Amerika Iran

Washington Post: Gara-gara Trump Keluar dari JCPOA, Kita Terpaksa Berdampingan dengan ‘Negara Nuklir’ Iran

Washington Post: Gara-gara Trump Keluar dari JCPOA, Kita Terpaksa Berdampingan dengan ‘Negara Nuklir’ Iran

POROS PERLAWANAN – Harian AS, Washington Post menyatakan, dengan keluarnya Donald Trump dari JCPOA, mungkin dunia harus mulai belajar hidup berdampingan dengan Iran sebagai negara nuklir.

Diberitakan Fars, Max Boot dalam tulisannya di WP menyebut keputusan Trump menarik AS keluar dari JCPOA sebagai “kesalahan perhitungan politis paling mengerikan setelah invasi AS ke Irak tahun 2003”.

Menurut Boot, dengan adanya JCPOA, Iran telah menyingkirkan 97 persen cadangan bahan bakar nuklirnya dan menurunkan kapasitas pengayaan hingga 3,67 persen.

Namun keluarnya Trump dari JCPOA telah mendorong Iran menghidupkan kembali program nuklirnya. Berdasarkan laporan IAEA tahun lalu, cadangan uranium Iran yang sudah diperkaya telah mencapai 12 kali lipat batas yang diperbolehkan dalam JCPOA. Selain itu, Iran juga telah meningkatkan kapasitas pengayaannya hingga 60 persen.

Boot menyatakan, bahkan para pejabat keamanan Israel sekarang mengakui bahwa keluarnya AS dari JCPOA telah mendatangkan hasil terbalik, padahal dahulu mayoritas mereka menentang JCPOA yang dibuat di masa Barack Obama.

Ia lalu mengutip pernyataan mantan Menteri Perang Israel di masa Netanyahu, Moshe Yalon. Ia berkata, ”Jika kita memandang pengambilan kebijakan di hadapan Iran dalam satu dekade terakhir, blunder paling mendasar adalah keluarnya Pemerintah AS dari JCPOA.”

Mantan Direktur Mossad, Tamir Padro juga menyebut keluarnya AS dari JCPOA sebagai “sebuah tragedi”.

Ketua Badan Antariksa Israel, Isaac Ben-Israel dalam sebuah wawancara juga berkata, ”Upaya Netanyahu untuk memprovokasi Trump keluar dari JCPOA adalah blunder strategis terburuk dalam sejarah Israel.”

Boot lalu menyinggung “opsi militer” AS dan Israel untuk menghancurkan program nuklir Iran. Ia mengakui, dahulu ia sempat memandang opsi ini sebagai tindakan yang risikonya lebih sedikit daripada membiarkan Iran menjadi negara nuklir. Namun, kini pandangannya sudah berubah.

“Sebagai negara dengan populasi 85 juta orang, Iran jauh lebih besar dan kuat daripada musuh-musuh yang tak bisa ditaklukkan AS, seperti Irak dan Afghanistan. Selain itu, program nuklir Iran jauh lebih maju daripada program nuklir Irak atau Suriah, yang telah dihancurkan Israel di tahun 1981 dan 2007”, tulis Boot.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *