Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Apakah Akhirnya Israel akan Setujui Syarat-syarat Hamas?

Apakah Akhirnya Israel Setujui Syarat-syarat Hamas?

POROS PERLAWANAN– Kanal 12 Israel pada Sabtu 20 Januari melaporkan bahwa dalam menanggapi usul-usul dari Tel Aviv, Hamas telah mengumumkan syarat-syaratnya untuk pertukaran tawanan. Dalam statemennya, Hamas tidak bicara soal apa yang ingin didengar Israel. Dengan kata lain, Hamas atau pimpinannya tidak bakal hengkang dari Gaza.

Diberitakan Fars, laporan-laporan menyebutkan bahwa syarat-syarat Hamas mencakup penghentian perang sepenuhnya, keluarnya IDF dari Gaza dengan garansi tak bakal memulai perang lagi, dan pemberian jaminan bahwa para pimpinan Hamas tidak akan diteror. Imbalannya kebebasan para tawanan Israel. Tentu sebelumnya Hamas sudah berulang kali menegaskan, pembebasan tawanan Israel harus dibarengi pembebasan semua tawanan Palestina dari penjara-penjara Rezim Zionis.

Sudah 107 hari berlalu sejak awal perang, namun Netanyahu dan 2 anggota Dewan Perang (Benny Gantz dan Yoav Gallant) tiap malam berjanji kepada wartawan bahwa tujuan mereka adalah memulangkan tawanan dan menghancurkan Hamas. Namun bukan hanya mereka gagal mewujudkan 2 tujuan tersebut, tapi bahkan sejumlah tawanan Israel justru tewas lantaran serangan IDF.

Dalam kondisi semacam ini, perselisihan di internal Dewan Perang, juga di antara partai-partai Israel, terus memanas. Perselisihan ini sedikit demi sedikit menjalar ke dalam tubuh IDF, bahkan di tengah para komandan brigade-brigade aktif IDF di Gaza.

Netanyahu bersikeras untuk melanjutkan perang demi mendapatkan raihan yang layak, sementara New York Times mengutip dari 4 petinggi anonim IDF bahwa “mustahil mewujudkan 2 tujuan perang dalam satu waktu. Mustahil Hamas dihancurkan dan para sandera dibebaskan secara bersama-sama. Perang panjang yang tujuannya menumpas Hamas, kemungkinan besar akan mengambil nyawa para sandera. Pemulangan para sandera hanya mungkin melalui cara diplomatik, bukan militer.”

Di lain pihak, front politik Netanyahu ngotot melanjutkan perang, sebab meyakini kekuasaan mereka hanya bisa dipertahankan dengan cara ini. Menteri Penasihat Negara untuk Urusan Keamanan, Gideon Saar menanggapi berita ini dengan mengatakan,”Tentu saja kami tidak akan menyetujui syarat-syarat ini, sebab kami ingin hidup di kawasan ini.”

Kubu oposisi yang dipimpin Yair Lapid menentang sikap Netanyahu dengan mengatakan,”Jika kau ingin menghancurkan Hamas, pertama-tama kau harus mengeluarkan sandera (dari Gaza). Saya sebelumnya sudah katakan di Knesset, juga kepada Perdana Menteri sendiri, bahwa kami mendukung segala kesepakatan (pembebasan tawanan), seberapa pun menyakitkannya. Biarlah kita membayar apa pun harganya.”

Masalah di Israel sangat jelas. Para tawanan bukan hanya tidak bisa dibebaskan dengan serangan militer, tapi juga mungkin akan terbunuh. Ini adalah sesuatu yang dinyatakan berkali-kali oleh Brigade al-Qassam dan Jubirnya, Abu Ubaidah. Dengan melihat berita New York Times di atas, bisa diketahui bahwa IDF juga telah memahami fakta bahwa perang tidak bisa membebaskan para tawanan, tapi hanya akan mengembalikan jenazah-jenazah mereka.

Ini juga dipahami Lapid, sebab pada tanggal 30 Oktober lalu, ia berkata perang akan berlanjut sampai Israel membunuh 6 pimpinan dan komandan Hamas. Namun setelah 107 hari perang, ia sadar bahwa tujuan-tujuan yang diumumkannya mustahil diwujudkan. Keluarga para tawanan juga terus berunjuk rasa secara massif dan menuntut kepulangan para tawanan. Konsekuensinya adalah menghentikan perang serta menerima syarat-syarat Hamas dan faksi-faksi Perlawanan.

Belum jelas sampai hari keberapa perang Netanyahu bisa bertahan dan menjaga kekuasaannya. Hal yang jelas adalah dia cepat atau lambat akan menerima pertukaran tawanan dan penghentian perang. Namun pertanyaan yang lebih penting adalah: “Berapa lama waktu yang dibutuhkan Netanyahu untuk bisa menahan sakitnya?”

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *