Loading

Ketik untuk mencari

Penegasan '3 Perimbangan' dalam 3 Pidato Sayyid Nasrallah, Paksa AS-Israel Ciut Nyali dan 'Mundur Teratur' POROS PERLAWANAN - Dilansir Fars, Sayyid Hasan Nasrallah dalam pidatonya di peringatan Asyura 19 Agustus mengumumkan kabar impor BBM Iran ke Lebanon. Saat itu ia mengatakan, kapal-kapal tanker pembawa BBM Iran akan segera bertolak menuju Lebanon. Dalam pidato tanggal 27 Agustus, Sekjen Hizbullah kembali menegaskan rencana impor BBM dari Iran. Ia juga menyebut AS sebagai penghalang utama impor BBM ke Lebanon. Sementara dalam pidato terbarunya Senin 13 September malam, Sayyid Nasrallah mengabarkan bahwa kapal tanker pertama telah tiba di pelabuhan Baniyas, Suriah, pada Minggu 12 September malam dan sudah menurunkan muatannya Senin kemarin. Ia menambahkan, BBM impor dari Iran itu akan dibawa ke al-Beqaa, Lebanon pada Kamis mendatang. Terkait masalah ini, harian Lebanon, al-Binaa memuat pandangan sejumlah pakar urusan strategis. Menurut para pakar, Sayyid Nasrallah dalam 3 pidatonya telah menegaskan 3 perimbangan berikut ini: Pertama, dipatahkannya blokade AS atas Lebanon selama lebih dari 2 tahun dengan mengimpor BBM Iran melalui Suriah. Kedua, setelah kapal-kapal Iran berangkat, Sayyid Nasrallah menggunakan perimbangan preventif dengan menyebut kapal-kapal itu sebagai “teritori Lebanon”. Ia memperingatkan, segala bentuk gangguan atas kapal-kapal itu akan mendapatkan balasan setimpal. Peringatan ini pun membuat nyali AS dan Israel ciut serta memaksa mereka mundur teratur. Ketiga, Sekjen Hizbullah membuktikan bahwa Poros Perlawanan adalah pelengkap Pemerintah Lebanon dalam berbagai bidang, terutama bidang ekonomi, selain bidang keamanan dan militer. Inilah yang kian memperkuat perimbangan Tentara, rakyat, dan Poros Perlawanan Lebanon. Para pakar ini menilai, pidato-pidato Sayyid Nasrallah telah menciptakan perkembangan istimewa dalam 2 bulan terakhir ini. Mulai dari dicabutnya blokade AS terkait suplai gas dari negara-negara Arab ke Lebanon melalui Suriah, hingga dibentuknya Pemerintahan baru Lebanon dan terbukanya hubungan Beirut-Damaskus, yang akan disempurnakan oleh Pemerintahan baru. Para pakar menyatakan, Suriah berperan penting dalam membantu pencabutan blokade Lebanon dalam hal fasilitasi suplai gas, juga distribusi BBM Iran ke Lebanon. Peran ini kian memperkuat kepentingan dan kerja sama antara Beirut dan Damaskus.
Anggap Remeh Nyawa Warga Sipil, AS Tak Berniat Kirim Tim Investigasi ke Kabul POROS PERLAWANAN - Selama ini, Pemerintahan-pemerintahan AS menjustifikasi invasi ke Afghanistan dengan dalih “melindungi warga negara itu dari terorisme”. Namun Pentagon menunjukkan bahwa ternyata Washington tidak menganggap penting nyawa warga Afghanistan. Dilansir Fars, Jubir Pentagon John Kirby pada Senin 13 September malam mengatakan, AS tidak berencana mengirim inspektur untuk menyelidiki tewasnya warga sipil dalam serangan drone AS ke sekitar bandara Kabul beberapa waktu lalu. Menurut laporan Hill, Kirby ditanya seorang wartawan dalam jumpa pers di Pentagon. Ia menjawab, ”Saat ini, saya tidak melihat opsi ini bisa dilakukan. Kami tidak mengirim inspektur lapangan ke Kabul untuk menyempurnakan evaluasinya.” Kirby mengklaim, CENTCOM masih mengevaluasi hasil-hasil serangan drone AS ke sekitar bandara Kabul. Menurutnya, ia tidak berniat mengeluarkan komentar tentang masalah ini mendahului Tentara AS. Jubir Pentagon kembali menjustfikasi serangan ke dekat bandara Kabul, yang menewaskan sedikitnya 10 warga sipil Afghanistan. Serangan itu, ujarnya, dilakukan untuk “mencegah serangan ke bandara dalam waktu dekat”. Pada 29 Agustus, Otoritas Taliban mengumumkan bahwa sebuah drone AS menyerang sebuah rumah di kawasan Khaja Bughara di Kabul. Sebanyak 10 anggota keluarga tewas akibat serangan itu. Sebelum ini, Jubir Gedung Putih Jennifer Psaki juga mencoba menjustifikasi kejahatan AS di Kabul itu. Ia mengklaim, kerusakan besar di sekitar TKP diakibatkan bahan peledak dalam kendaraan yang diserang drone AS. New York Times dalam laporannya mengungkapkan, serangan drone AS di dekat bandara Kabul tidak menyasar target milik ISIS-K. Serangan yang dilakukan menjelang hengkangnya AS dari Afghanistan itu justru menargetkan kendaraan seorang pekerja kemanusiaan dan anak-anaknya. Wawancara dan klip-klip yang dihimpun New York Times menunjukkan, serangan drone Reaper AS ke sebuah sedan pada 29 Agustus menewaskan Zemari Ahmadi, seorang pekerja kemanusiaan yang tak ada kaitannya dengan ISIS-K.